Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba BPD Terkontraksi, Biaya Dana jadi Tantangan

Berdasarkan SPI OJK himpunan laba BPD terpantau merosot 15 persen yoy pada April 2023. Biaya dana disebut sebagai faktor utama penurunan laba BPD.
Ilustrasi bank. /Freepik
Ilustrasi bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK mencatat himpunan laba Bank Pembangunan Daerah (BPD) terus mengalami pelemahan. Hingga April 2023, jumlah laba bersih BPD terpantau merosot 15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Secara lebih rinci, SPI mencatat bahwa himpunan laba bersih BPD per April 2023 sebesar Rp4,31 triliun, turun dari posisi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni Rp5,08 triliun.

Seiring dengan hal tersebut, sebanyak tiga BPD dengan aset terbesar hingga Mei 2023 terpantau masih membukukan pelemahan himpunan laba.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), misalnya, mencatatkan koreksi laba sebesar 28 persen secara yoy. BJBR mencatatkan laba bersih per Mei 2023 sebesar Rp681,48 miliar, menurun dari posisi pada periode Mei 2022 sebesar Rp949,15 miliar.

Menilik laporan keuangan perseroan, pelemahan pada sisi bottom line tersebut utamanya didorong oleh meningkatnya beban bunga yang ditanggung perseroan.

Alhasil, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BJBR tergerus mencapai 15 persen dari posisi pada Mei 2022 sebesar Rp3,36 triliun susut menjadi Rp2,86 triliun pada Mei 2023.

Kemudian, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) mencatatkan koreksi laba sebesar 17 persen secara yoy pada periode Mei 2023. Secara lebih rinci, pada Mei 2023 Bank Jatim membukukan laba Rp536,23 miliar, turun dari Rp647,08 miliar. 

Pelemahan laba Bank Jatim didorong oleh kinerja pada sisi top line yang parkir di zona merah. Pendapatan bunga bersih BJTM tergerus sebesar 2 persen menjadi Rp1,95 triliun pada Mei 2023 karena didorong oleh peningkatan beban bunga sebesar Rp922,26 miliar.

Selanjutnya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) membukukan laba bersih pada Mei 2023 sebesar Rp656,63 miliar. Nilai ini turun 11 persen secara tahunan dari Rp740,31 miliar pada Mei 2022.

Pendapatan bunga bersih perseroan juga terkontraksi 12 persen secara yoy menjadi Rp1,83 triliun per Mei 2023 dari Rp2,09 triliun pada tahun sebelumnya.

Tergerusnya pendapatan Bank Jateng utamanya didorong oleh beban bunga perseroan yang meroket 59 persen secara yoy dari Rp588,15 miliar pada Mei 2022 menjadi Rp935,72 miliar pada Mei 2023.

Adapun, dari 5 kelompok BPD dengan aset terbesar, hanya PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (Bank DKI) dan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) yang terpantau membukukan pertumbuhan laba hingga Mei 2023.

Bank DKI membukukan laba tumbuh 7 persen secara yoy menjadi Rp400,74 miliar dari Rp373,28 miliar pada Mei 2022. Kemudian, per Mei 2023 Bank Sumut mencetak laba tumbuh 9 persen secara yoy menjadi Rp321,86 miliar dari posisi pada tahun sebelumnya Rp296,16 miliar.

Dana Mahal jadi Pengganjal

Sejalan dengan tren peningkatan beban bunga yang dialami BPD, himpunan dana mahal dalam portofolio dana pihak ketiga (DPK) dinilai jadi faktor utama yang memperlambat laju pertumbuhan laba BPD.

Mengacu pada data SPI, total akumulasi simpanan rupiah BPD per April sebesar Rp730,39 triliun. Adapun, simpanan deposito tercatat paling tinggi mencapai Rp329,82 triliun, tabungan Rp201,90 triliun, dan giro Rp198,66 triliun.

Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi menuturkan bahwa dari segi bisnis, BPD pada dasarnya telah mencatat pertumbuhan segmen pembiayaan hingga fee based income. Namun, biaya dana yang secara rata-rata turut mengalami pertumbuhan lantas menjadi penghambat pertumbuhan sisi bottom line perseroan.

"[Peningkatan beban bunga] sepenuhnya karena biaya dana khususnya biaya dana dari dana pihak ketiga yaitu deposito," jelas Yuddy kepada Bisnis, Jumat (30/6/2023).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menuturkan bahwa perlambatan pertumbuhan laba BPD juga difaktori oleh adanya tren kenaikan suku bunga serta pengetatan likuiditas yang dilakukan oleh sentral.

"Kenaikan suku bunga deposito karena ketatnya likuiditas tidak bisa serta merta diikuti dengan kenaikan suku bunga kredit. Artinya NIM akan menyempit. Di sisi lain, pertumbuhan kredit juga tidak bisa dipacu karena likuiditas juga semakin ketat. Dengan demikian laba perbankan khususnya bank-bank kecil termasuk BPD akan menurun atau melambat pertumbuhannya," pungkas Piter.

No

Nama BPD

Total Aset Mei 2023

(triliun)

Laba Mei 2023

(miliar)

Laba Mei 2022

(miliar)

Pertumbuhan

 

1

Bank BJB

Rp 160,02

Rp681,48

Rp949,15

-28%

2

Bank Jatim

Rp 95,49

Rp536,23

Rp647,08

-17%

3

Bank Jateng

Rp 83,02

Rp656,63

Rp740,31

-11%

4

Bank DKI

Rp 80,67

Rp400,74

Rp373,28

7%

5

Bank Sumut

Rp 40,31

Rp321,86

Rp296,16

9%

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper