Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Buka Suara soal Lesunya Simpanan Nasabah di Bank pada Semester I/2023

OJK mengungkapkan faktor lesunya simpanan nasabah atau DPK di bank pada semester I/2023.
Ilustrasi simpanan milik nasabah tajir atau crazy rich/Freepik.
Ilustrasi simpanan milik nasabah tajir atau crazy rich/Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA - Raupan simpanan nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) perbankan jelang paruh pertama tahun ini atau pada Mei 2023 melambat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap sejumlah faktor yang menjadi pendorong pelambatan tersebut.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan raupan DPK perbankan pada Mei 2023 mencapai Rp8.007 triliun. Angkanya tumbuh 6,55 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), namun melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau April 2023 yang tumbuh 6,82 persen yoy.

Dian mengatakan pelambatan raupan DPK perbankan ini terjadi seiring dengan pengetatan likuiditas global.

"DPK bank juga melambat utamanya disebabkan oleh penurunan pertumbuhan jenis simpanan giro," tutur Dian dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK pada Selasa (4/7/2023).

Pertumbuhan simpanan giro sendiri melesu ke level 8,35 persen yoy pada Mei 2023, dibandingkan posisi April 2023 yang tumbuh 13,61 persen yoy.

Meski begitu, dia menilai likuditas perbankan pada Mei 2023 memadai dilihat dari rasio likuiditas yang terjaga, jauh di atas ambang batas ketentuannya.

Berdasarkan data OJK, alat likuid per non core deposit (AL/NCD) serta alat likuid per DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 123,27 persen dan 27,52 persen pada Mei 2023.

Sementara itu, dalam laporan Indikator Likuiditas Mei 2023 yang dirilis Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), raupan DPK bank memang diproyeksikan tumbuh, namun dengan laju yang lebih terbatas.

"Meningkatnya aktivitas perbankan akan mempengaruhi kondisi likuiditas terutama dalam mendukung ekspansi bank," tulis LPS.

Di sisi lain, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa juga menyebutkan rasio DPK terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih rendah, bahkan di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. 

Dia mengatakan rasio DPK/PDB Indonesia pada 2022 ada di angka 38,38 persen, di bawah Filipina dengan rasio 77,74 persen, Malaysia 122,59 persen, Thailand 135,69 persen, dan Singapura 141,14 persen.

"Dibandingkan negara tetangga, kalau dilihat Filipina, Thailand, Singapura, dan Malaysia kita ada di bawah. Jadi, orang kita masih kurang nabung atau bisa saja tidak punya duit, yang jelas tabungan masih kurang," katanya beberapa waktu lalu.

Purbaya mengatakan apabila simpanan memadai, maka kemampuan penyaluran pembiayaan pun akan semakin mudah. "Tidak perlu susah-susah undang modal asing lagi," katanya.

Ke depan, LPS akan mendorong agar perbankan semakin percaya diri dengan sistemnya dalam menjaring simpanan. tujuannya agar masyakat bisa mengejar dan membangun ekonomi dengan menggunakan dana di dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper