Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat margin bunga bersih (net interest income/NIM) industri perbankan mengalami tren pertumbuhan. Hingga Mei 2023, NIM bank secara umum tumbuh 12 basis poin (bps) secara tahunan (year-on-year/yoy).
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menuturkan bahwa peningkatan tersebut terjadi karena fungsi intermediasi bank nasional menunjukkan laju positif.
"Perbankan Indonesia tetap resilien ditandai dengan fungsi intermediasi yang terjaga dan permodalan yang memadai di tengah pelemahan ekonomi mitra dagang utama, kebijakan hawkish yang masih akan dilanjutkan secara terbatas di negara maju, dan masih tingginya tensi geopolitik, serta kecenderungan penurunan harga komoditas utama penopang ekspor," jelas Mahendra pada Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB), Selasa (4/7/2023).
Diketahui, NIM menjadi salah satu alasan investor asing tertarik mengakuisisi bank-bank di Indonesia. Minat investor dari sejumlah negara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura untuk mengakusisi bank Indonesia meningkat.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan perbankan Indonesia memang selalu menarik bagi investor asing seperti Jepang dan Korea Selatan.
"Ini karena perbankan Indonesia menawarkan tingkat keuntungan yang tinggi diperoleh dari NIM [net interest margin] besar," katanya kepada Bisnis.
Indonesia juga mempunyai jumlah penduduk juga besar dengan bonus demografi. Bank Indonesia (BI) juga mencatat bahwa masih ada 28 juta penduduk yang belum terhubung dengan layanan perbankan atau unbanked.
Baca Juga : Investor Jepang, Korea Selatan, & Singapura Rajin Caplok Bank RI, Apa Saja Portofolionya? |
---|
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan korporasi asing seperti dari Jepang dan Korea Selatan tertarik dengan NIM bank di Indonesia yang besar. "Profit pun jadi besar, sehingga BEP [break event point] cepat," katanya.
Margin Bunga Bersih (NIM) Bank Besar
Seiring dengan hal itu, sejumlah industri perbankan hingga Mei 2023 memang terpantau mencatatkan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) mengalami penghijauan.
Sebut saja PT Bank Mandiri (persero) Tbk. (BMRI) yang membukukan pendapatan bunga bersih tumbuh dobel digit mencapai 12 persen secara tahunan ke level Rp28,89 triliun.
Adapun, per kuartal I/2023 lalu BMRI sendiri mencetak margin bunga bersih sebesar 5,11 persen, meningkat 10 bps dari posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 5,01 persen.
Terbaru, Wakil Direktur Utama Alexandra Askandar menuturkan Bank Mandiri telah menetapkan panduan pertumbuhan rasio NIM dapat dijaga pada level 5,6 persen hingga kuartal IV/2023.
"NIM juga kami harapkan bisa meningkat di kisaran 5,3 persen hingga 5,6 persen. Di samping itu kami berusaha untuk menjaga cost of credit di kisaran 1,3 persen hingga 1,5 persen," jelas Alexandra.
Kemudian, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) terpantau membukukan pendapatan bunga per Mei 2023 sebesar Rp33,37 triliun. Adapun, pendapatan bunga bersih yang dibukukan Rp29 triliun.
Angka tersebut berhasil tumbuh yang terbesar 25 persen secara yoy dan tumbuh paling signifikan dibandingkan dengan big four bank lainnya. Sementara, pada kuartal I/2023 BBCA membukukan NIM tumbuh 67 bps menjadi 5,59 persen dari 4,92 persen pada kuartal I/2022.
Selanjutnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencetak NII tumbuh 4 persen secara yoy ke level Rp16,98 triliun dari posisi sebelumnya Rp16,26 triliun. Per Maret 2023 BBNI diketahui membukukan rasio NIM di level 4,67 persen. Angka itu naik 16 bps dari 4,51 persen pada Maret 2022.
Sedikit berbeda, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) justru membukukan pendapatan bunga bersih turun tipis 2 persen secara yoy menjadi Rp43,45 triliun dari posisi sebelumnya Rp44,39 triliun.
Koreksi pendapatan bunga yang terjadi di BRI didorong oleh meroketnya beban bunga mencapai 78 persen secara yoy menjadi Rp14,43 triliun dari Rp8,09 triliun.
Menyiasati hal itu, tahun ini BRI berkomitmen untuk mempercepat raupan dana murahnya. Bank pun menyiapkan sejumlah strategi guna memperbesar porsi dana murah mereka terhadap DPK.
Direktur Konsumer BRI Handayani mengatakan sejauh ini bank selalu melakukan pengelolaan pendanaan secara optimal. "Cara kita menumbuhkan CASA mulai dari basis transaksi kita tingkatkan. Kita juga memastikan penguasaan value chain dari mulai mikro hingga korporasi di ekosistem BRI," ujar Handayani.
Adapun pada kuartal I/2023, BRI diketahui mencatatkan rasio NIM parkir di level 6,67 persen, posisinya turun 18 bps dari 6,85 persen pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.