Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebutuhan Pembiayaan Korporasi Naik, Terutama dari 3 Sektor Ini

Survei Penawaran dan Permintaan Pembayaran Perbankan Juni 2023 melaporkan adanya peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi pada Juni 2023.
Fasilitas produksi di salah satu pabrik produksi komponen otomotif emiten milik TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA). - Dok. Dharma Polimetal
Fasilitas produksi di salah satu pabrik produksi komponen otomotif emiten milik TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA). - Dok. Dharma Polimetal

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat kebutuhan pembiayaan korporasi mengalami peningkatan pada Juni 2023. Sektor pertambangan hingga konstruksi menjadi salah satu pendorong kenaikan kebutuhan pembiayaan korporasi tersebut. 

Berdasarkan Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan yang dirilis oleh BI, kenaikan pembiayaan korporasi ini tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 17,8 persen pada Juni 2023, lebih tinggi dari SBT 12,5 persen pada Mei 2023. 

"Peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh sektor konstruksi, perdagangan, dan pertambangan. Peningkatan yang terjadi terutama untuk mendukung aktivitas operasional serta membayar kewajiban jatuh tempo," tulis BI dalam survei tersebut pada Selasa (18/7/2023).

Pada Juni 2023, SBT di sektor konstruksi mencapai 4,3 persen, naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya 1,8 persen. Sementara, SBT sektor pertambangan mencapai 1,2 persen, naik dibandingkan bulan sebelumnya 0 persen.

Dalam laporan BI tersebut disebutkan responden survei menginformasikan kebutuhan pembiayaan pada periode laporan terutama masih dipenuhi dari dana sendiri (64,6 persen). Kemudian diikuti pembiayaan yang bersumber dari pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik (11,5 persen).

Keduanya meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari pinjaman perbankan dalam negeri terindikasi melambat (10,6 persen) dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

"Responden menyampaikan alasan pemilihan sumber pembiayaan terutama dipengaruhi oleh aspek kemudahan dan kecepatan perolehan dana [88,6 persen], serta biaya atau suku bunga yang lebih murah [18,1 persen]," tulis laporan BI.

BI juga mencatat kebutuhan pembiayaan korporasi dalam tiga bulan yang akan datang atau hingga September 2023 diperkirakan tetap tinggi. Per September 2023 SBT pembiayaan korporasi mencapai 21,7 persen.

Sementara itu, sejumlah bank masih menggenjot penyaluran kredit korporasi mereka tahun ini. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI misalnya sedang berupaya meningkatkan porsi pembiayaan korporasi mereka.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan saat ini, nasabah wholesale termasuk korporasi masih kalah dibandingkan nasabah ritel dengan perbandingan porsi masing-masing 30 persen nasabah wholesale dan 70 persen nasabah ritel. 

Dalam setahun atau dua tahun ke depan, BSI menargetkan perbandingan porsi masing-masing 35 persen nasabah wholesale dan 65 persen nasabah ritel. Sementara, sektor nasabah wholesale yang disasar oleh BSI yakni health care, telekomunikasi, serta infrastuktur.

Executive Vice President (EVP) Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Hera F. Haryn mengatakan BCA melihat permintaan kredit korporasi tetap kuat tahun ini, terutama permintaan kredit modal kerja.

"Kami akan terus mencari peluang untuk meningkatkan portofolio kredit, serta mendukung pemulihan ekonomi di berbagai sektor. Selain itu, kami juga akan senantiasa mengamati dinamika yang terjadi di pasar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper