Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) membukukan laba bersih senilai Rp2,1 triliun. Nilai ini tumbuh 25 persen secara tahunan (yoy) dari Rp1,65 triliun.
Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih dari Rp4,03 triliun menjadi Rp4,90 triliun atau tumbuh 21,6 persen yoy.
Selain itu, kredit yang disalurkan juga naik sekitar 12 persen yoy menjadi Rp142,3 triliun, yang didorong pertumbuhan di segmen ritel dan korporasi. Seiring dengan kenaikan penyaluran kredit tersebut, total aset juga naik dari Rp223,4 triliun menjadi Rp245,5 triliun.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan perseroan terus berupaya untuk tetap konsisten dalam menjalankan bisnis.
"Kredit Bank OCBC NISP tumbuh 12 persen YoY menjadi Rp142,3 triliun per akhir semester I/2023. Pertumbuhan ini didorong oleh seluruh segmen bisnis. Pengelolaan kredit bank yang pruden memperlihatkan prospek yang positif ke depannya,” ujarnya dalam rilis perusahaan Senin (31/7/2023).
Parwati mengatakan perseroan melaksanakan prinsip prudent yang terlihat dari pengelolaan kredit bank dengan provisi untuk penyisihan kerugian kredit/kredit bermasalah bruto (NPL) tetap pada tingkat di atas 200 persen.
Selain itu, rasio kredit bermasalah bruto bank turun menjadi 2,3 persen. Dari segi simpanan, dana pihak ketiga OCBC NISP juga tumbuh 4 persen YoY menjadi Rp178 triliun, ditopang masing-masing oleh pertumbuhan tabungan sebesar 19 persen dan deposito berjangka sebesar 9 persen.
Selain itu, rasio dana murah atau CASA bank tetap stabil pada level 54,8 persen. Loan to Deposit Ratio (LDR) tumbuh menjadi 78,9 persen. Hal ini sejalan dengan meningkatnya permintaan pembiayaan yang didorong oleh pulihnya kondisi ekonomi.
Bisnis wealth management Bank OCBC NISP juga tumbuh 7 persen YoY pada semester I-2023 dan memberikan kontribusi sebesar 33 persen terhadap fee-based income secara keseluruhan.
"Seiring dengan pertumbuhan laba bersih bank yang meningkat 25 persen YoY, Return on Equity [ROE] naik menjadi 12,3 persen, dari 10,6 persen pada periode yang sama tahun lalu," tambah Parwati.
Sementara, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 23,2 persen, jauh di atas ketentuan minimum.