Bisnis.com, JAKARTA - Alarm bahaya muncul dari sektor jasa keuangan. Jumlah generasi muda, khususnya generasi milenial dan Gen Z, yang menunggak utang di pinjaman online (pinjol) terus bertambah. Banyak yang tak sadar bahwa hal ini bisa berdampak pada kredit skor hingga kesulitan mencari pekerjaan.
Nilai pinjaman atau kredit macet di industri P2P lending atau pinjaman online (pinjol) terpantau kembali meningkat pada Juni 2023. Kelompok generasi Z dan milenial menjadi penyumbang utama kredit macet pinjol.
Berdasarkan Data Statistik Fintech Lending Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nilai outstanding pinjaman macet lebih dari 90 hari mencapai Rp1,73 triliun pada akhir semester I/2023. Nilai ini naik signifikan sebear 54,90 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, senilai Rp1,12 triliun.
Begitu pula dengan rekening penerima pinjaman aktif di pinjaman macet lebih dari 90 hari yang melonjak 51,94 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari 395.778 entitas menjadi 601.338 entitas.
"Jika dirinci, kelompok usia di rentang 19 tahun hingga 34 tahun, atau yang masuk ke dalam generasi milenial dan Gen Z mencatatkan pinjaman macet pinjol senilai Rp763,65 miliar atau menyumbang porsi sekitar 44,14 persen. Kenaikan pinjaman macet pada usia ini sebesar 68,87 persen," kata OJK dalam laporan Data Statistik Fintech Lending.
Baca Juga
Kemudian, kelompok usia 35 tahun hingga 54 tahun memiliki kredit macet pinjol senilai Rp541,26 miliar, naik 83,44 persen yoy. Nilai ini menyumbang 31,29 persen dari total kredit macet pinjol.
Jika dilihat dari kategori peminjam, peningkatan pinjaman macet tersebut disebabkan oleh kategori perseorangan dengan pinjaman macet lebih dari 90 hari mencapai Rp1,35 triliun pada Juni 2023.
"Nominalnya naik 37,09 persen yoy dari semula Rp984,78 miliar pada periode yang sama 2022," tulis laporan OJK.
Kredit Macet Paylater
PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) mencatat tren kredit macet paylater di semester I/2023 terus meningkat sejak Januari 2023. Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu mengatakan berdasarkan data di IdScore, total outstanding yang masuk ke kredit macet (DPD90+) sebesar Rp2,15 triliun per Juni 2023.
“Ini meningkat tajam 10,82 persen dibandingkan Mei 2023 atau meningkat 20,78 persen dibandingkan Januari 2023,” kata Yohanes kepada Bisnis, Selasa (22/8/2023).
Yohanes mengungkapkan kalangan yang mendominasi kredit macet paylater berasal dari usia di bawah 30 tahun, yaitu generasi milenial dan Gen Z. Selain itu, kredit macet paylater ini juga didominasi di kalangan usia 30–50 tahun serta usia di atas 50 tahun atau baby boomers.
Pada semester I/2023, total outstanding amount paylater mencapai Rp25,16 triliun, naik 29,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau naik 3,52 persen secara mtm. Berdasarkan outstanding amount, Yohanes menuturkan bisnis paylater menyumbang 0,35 persen dari portofolio kredit nasional.
Sementara itu, secara total akun yang dibukukan paylater menyumbang 28,8 persen atau hampir sepertiga perkreditan nasional pada periode yang sama.
Adapun, Pefindo mencatat terdapat top 3 provinsi dengan total outstanding tertinggi, yakni di Jawa Barat mencapai 26,67 persen, DKI Jakarta sebesar 15,6 persen, dan Jawa Timur sebesar 10,88 persen.
Literasi Keuangan
Ekonom menyoroti tumpukan utang yang dimiliki anak muda di platform pinjol. Economics and Public Policy Researcher Indef Nailul Huda mengatakan pinjol menjadi salah satu alternatif pembiayaan yang disukai masyarakat dan bisa menggantikan peran perbankan, termasuk anak muda.
Kendati demikian, kemudahan pinjol menjadi bumerang bagi anak muda. Huda mengatakan usia muda di bawah 19 tahun menjadi daya tarik perusahaan pinjol. Pasalnya, karakteristik rata-rata pinjaman tertinggi berasal dari usia di bawah 19 tahun dan kelompok perempuan.
“Yang muda dan perempuan ini rata-rata karakter pinjamannya lebih tinggi daripada laki-laki, dan yang muda mereka punya kecenderungan peningkatan utang,” kata Huda dalam webinar Road to Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2023 bertajuk Layanan Finansial Digital: Antara Kemudahan dan Ancaman secara virtual, Senin (21/8/2023).
Menurut Huda penduduk usia muda saat ini menjadi incaran perusahaan pinjol, baik yang legal maupun ilegal. Adapun sifat konsumtif menjadi salah satu daya tarik penduduk usia muda.
“Yang muda yang berutang dan berpotensi gagal bayar dan berdampak ke aspek lainnya,” pungkas Huda.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menilai sejak usia dini, anak muda sudah harus bisa membedakan pinjol legal dan pinjol ilegal. Kiki pun menyebut anak muda paling banyak terjerat pinjol untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.
“Apakah itu [pinjol] cocok untuk anak-anak, mereka juga harus bisa membedakan, karena sekarang kalau kita lihat anak muda banyak yang kena pinjol karena lifestyle,” kata wanita yang akrab disapa Kiki itu, ditemui usai acara Kreasi Bangkit 2023 bertajuk Hari Indonesia Menabung di Jakarta, Minggu (20/8/2023).
Kiki juga menekankan agar generasi muda sudah mulai melek produk pinjol yang sesuai dengan kebutuhan dan profil keuangannya agar tidak menyebabkan pinjaman macet di kemudian hari.
“Harus belajar bisa mengenali produknya legal atau ilegal. Kalau ilegal jauhin, jangan disentuh, jangan ditengok. Kalau legal, lihat produknya cocok apa enggak untuk dirinya,” ungkap Kiki.
Festival Literasi Finansial
Generasi muda belakangan tercatat banyak terjerat dengan pinjaman online, kurangnya inklusi dan literasi keuangan dinilai menjadi penyebabnya.
Sebagai generasi yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, kaula muda dinilai perlu mendapatkan inklusi dan literasi keuangan yang kuat.
Guna mendorong hal tersebut, Bisnis Indonesia Group bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan akan menggelar Festival Literasi Finansial di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Acara yang akan digelar di Auditorium Universitas Nusa Cendana pada 28 Agustus 2023 itu rencananya akan dihadiri oleh 600 peserta yang terdiri atas anak-anak muda.
Festival Literasi Finansial akan mengangkat tema 'Kami Generasi Siap Finansial' ini akan diisi oleh acara-acara menarik yang akan lebih membuka wawasan anak muda terkait dengan inklusi dan literasi keuangan.
Para peserta yang hadir dapat mengikuti bincang-bincang dengan narasumber ahli di bidang keuangan. Di samping itu, akan terdapat kelas yang juga dapat diikuti para peserta.
Acara tersebut akan dibuka oleh Rektor Universitas Nusa Cendana, Masx U. E. Sanam, dilanjutkan dengan insight session Tingkatkan Literasi, Jauhi Entitas Ilegal yang akan diisi oleh Deputi Komisioner Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan Pelindungan Konsumen, Sarjito.
Selanjutnya, terdapat kelas Cuan dari Investasi, Kelola Keuangan dengan Bijak yang diisi oleh Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK Horas V.M. Tarihoran, dan Dosen Program Studi Manajemen Universitas Nusa Cendana, Petrus Emanuel De Rozi.
Kelas lain yang dapat dihadiri peserta yakni Gapai Merdeka Finansial dengan Investasi Emas oleh Kepala Departemen Gadai PT Pegadaian Area Kupang Eryanus M.R. Manu dan Kelas Peran Fintech untuk Perencanaan
Keuangan oleh Wakil Bendahara II Aftech Chrisma Albandjar.
Festival Literasi Finansial ini juga akan dimeriahkan oleh penampilan dari Risal Masae dan Inggin Wakano, penyanyi jebolan Rising Star Indonesia yang siap menghibur para peserta.