Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) milik taipan James Riady membukukan laba bersih Rp62,63 miliar, naik 32,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada semester I/2023 dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp47,33 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, capaian laba bank didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Rp362,8 miliar pada Juni 2023, naik 21,13 persen yoy.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) Bank Nobu juga naik dari level 3,13 persen pada Juni 2022 menjadi 3,56 persen pada Juni 2023.
Laba bank juga ditopang peningkatan pesat pendapatan berbasis komisi (fee based income) 118,94 persen yoy menjadi Rp51,89 miliar.
Dari sisi intermediasi, Bank Nobu telah menyalurkan kredit Rp12,73 triliun pada semester I/2023, naik 14,47 persen yoy. Aset bank pun naik 8,44 persen yoy menjadi Rp23,24 triliun. Namun, dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) NOBU turun 16,36 persen yoy menjadi Rp14,41 triliun.
Seiring dengan capaian kinerja laba yang moncer, Bank Nobu direncanakan merger dengan PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo. Bank Nobu dan Bank MNC awalnya direncanakan merger pada Agustus 2023. Namun, aksi korporasi itu kemudian molor.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan pengawas perbankan di OJK saat ini terus melakukan monitoring atas progres merger kedua bank.
"Pada saat ini saya mendengar, saat ini adalah saat-saat yang kritikal," kata Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK pada Selasa (5/9/2023).
Dia mengatakan kedua bank sedang dalam tahap pembicaraan kepemilikan saham. "Mungkin saja ada komplikasi teknis, tapi ini tidak ada sama sekali rencana untuk membatalkan. Ini sedang dilakukan akselerasi teknis di lapangan baik legal, evaluasi dan lainnya," ujar Dian.
Meski begitu, Dian memastikan kedua belah pihak sudah menyatakan komitmennya dalam menjalankan merger tersebut. Menurutnya rencana merger kedua bank merupakan wujud komitmen dari pemegang saham secara business to business (BtB) dalam rangka mendukung konsolidasi serta penguatan industri perbankan.