Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. telah mengumumkan akan melakukan listing saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir tahun.
Tentu, aksi korporasinya ini menjadikan Bank Muamalat sebagai bank syariah kelima, menyusul keempat bank syariah lainnya, yaitu Bank Panin Dubai Syariah (PNBS), BTPN Syariah (BTPS), Bank Syariah Indonesia (BRIS), dan Bank Aladin Syariah (BANK) yang lebih dulu melantai di Bursa.
Bisnis pun merangkum daftar bank-bank syariah yang telah listing di Bursa berikut kinerjanya pada semester I/2023. Berikut ulasannya:
1. PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK)
Berdasarkan catatan Bisnis, perubahan nama yang semula Bank Net Syariah (PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk) menjadi Bank Aladin Syariah (PT Bank Aladin Syariah Tbk) telah diresmikan berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diadakan pada Rabu 7 April 2021.
Sementara, untuk waktu penanggalan listing sendiri dilakukan pada 1 Febuari 2021.
Saat ini melansir dari RTI Business per 31 Juli 2023, tercatat PT Aladin Global Ventures yang berstatus sebagai pengendali memegang 53,53 persen saham diikuti dengan PT BNC Technologies Ventues yang memegang 5,80 persen dan 0,42 persen.
Adapun, berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Bisnis, rugi Bank Aladin naik 19 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada enam bulan pertama 2023 menjadi Rp96,2 miliar dari yang sebelumnya Rp80,7 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan membengkaknya kerugian Bank Aladin. Mulai dari beban operasional yang meningkat menjadi Rp320,4 miliar pada semester I/2023, dibandingkan dengan Rp161,7 miliar pada semester I/2022.
Lalu, beban promosi juga mengalami kenaikan signifikan, mencapai 398 persen menjadi Rp30,4 miliar pada Juni 2023 dari sebelumnya Rp6,1 miliar pada Juni 2022. Diikuti, beban tenaga kerja naik 55 persen dari Rp60,5 miliar menjadi Rp94 miliar, dan beban lainnya naik 106 persen dari Rp195,8 miliar menjadi Rp95 miliar.
Kendati demikian, Bank Aladin sendiri mencatat pendapatan dari penyaluran dana yang tumbuh 453 persen menjadi Rp141,9 miliar pada semester I/2023.
Alhasil, pendapatan setelah distribusi bagi hasil juga terkerek naik 590 persen menjadi Rp99,5 miliar dibandingkan dengan pada periode yang sama di tahun sebelumnya Rp14,3 miliar.
Meski tercatat mengalami kerugian, namun secara total aset membukukan pertumbuhan aset yang positif. Aset yang dimiliki Bank Aladin Syariah naik 85 persen menjadi Rp5,16 triliun pada Juni 2023 dibanding periode sebelumnya, yaitu Rp2,79 miliar.
Selanjutnya, dana investasi nonprofit sharing juga tumbuh sebesar 79 persen sebesar Rp1,3 triliun pada semester I/2023 dari Rp732,6 miliar
Dari sisi rasio keuangan, net imbalan (NI) perseroan naik menjadi 315 bps menjadi 4,77 persen dibandingkan periode sebelumnya 1,62 persen. Sementara, net operation margin (NOM) Bank Aladin pun turun 453 bps menjadi 4,51 persen.
Financing to deposit ratio (FDR) naik 13.114 bps menjadi 158,41 persen dari sebelumnya 27,27 persen. Lalu, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) turun 20.144 bps menjadi 162,79 persen dari 364,23. Terakhir, Cost to Income Ratio (CIR) naik 22.739 bps menjadi 186 persen dari Rp413,39 persen.
2. PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS)
Emiten yang tercatat dengan kode PNBS ini melakukan penanggalan listing pada 15 Januari 2014. Jika menilik dari RTI Business per 31 Agustus 2023, tercatat PT Bank Panin Tbk. dan Dubai Islamic Bank PJSC, di mana keduanya merupakan pengendali memegang masing-masing 67,30 persen dan 25,10 persen saham.
Selanjutnya, terkait kinerja, PNBS sendiri telah membukukan laba bersih Rp138,34 miliar pada paruh pertama tahun ini atau semester I/2023, naik 21,97 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp111,98 miliar.
Selain PNBS meraup pertumbuhan laba bersihnya menjadi Rp138,34 miliar per Juni 2023. Bank Panin Dubai Syariah juga mencatatkan pertumbuhan aset 17,96 persen yoy menjadi Rp15,43 triliun pada semester I/2023.
Pertumbuhan aset di antaranya didorong oleh pembiayaan bagi hasil musyarakah yang naik 13,88 persen yoy menjadi Rp9,27 triliun. Pembiayaan bagi hasil mudharabah juga naik dari Rp585,32 miliar pada Juni 2022 menjadi Rp1,4 triliun pada Juni 2023.
Pembiayaan sewa juga naik 15,8 persen yoy menjadi Rp490,36 miliar pada semester I/2023. Akan tetapi rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming financing/NPF) gross bank syariah ini membengkak dari 2,52 persen per Juni 2022 menjadi 3,22 persen per Juni 2023.
Sementara NPF nett PNBS susut dari 2,11 persen pada Juni 2022 menjadi 2,05 persen per Juni 2023. Dari sisi pendanaan, Bank Panin Dubai Syariah telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp12 triliun, naik 21,58 persen yoy.
3. PT BTPN Syariah Tbk. (BTPS)
Melansir dari RTI Business, BTPS melakukan listing pada 8 Mei 2018. Adapun, PT Bank BTPN Tbk. sebagai pengendali memegang saham sebesar 70 persen per 31 Agustus 2023.
Selanjutnya, soal kinerja BTPS pada semester I/2023 sendiri mampu membukukan penurunan laba bersih setelah pajak sebesar 12 persen karena kenaikan beban pencadangan menjadi Rp753 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp858 miliar.
Namun, laba sebelum pajak dan kenaikan beban pencadangan bank berkode saham (BTPS) itu tercatat naik 10 persen (year-on-year) menjadi Rp1,61 triliun dari periode sebelumnya Rp1,46 triliun. Provisi BTPS tercatat melesat 76 persen menjadi sebesar Rp642 miliar dari periode sebelumnya Rp386 miliar.
Dari sisi kinerja penyaluran pembiayaan, BTPS mencatatkan pertumbuhan sebesar 6 persen. Hal itu sejalan dengan kenaikan jumlah nasabah sebesar 50.000 debitur menjadi sebanyak 4,4 juta debitur. Adapun pendapatan tercatat tumbuh 10 persen menjadi Rp2,83 triliun.
Akan tetapi, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional tercatat naik 66,4 persen dari sebelumnya 57,6 persen. Hal itu sejalan dengan keanikan non-performing financing (NPF) gross sebesar 3 persen dari 2,5 persen. Adapun secara net naik dari 0,3 persen menjadi 0,5 persen.
4. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS)
Bank syariah berkode BRIS ini listing pada 9 Mei 2018. Sebelum merger, kode BRIS merupakan ticker untuk BRI Syariah, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Saat ini atau usai merger, untuk komposisi pemegang saham, tercatat PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memegang saham 51,74 persen, lalu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI)-Divisi PPA sebesar 23,24 persen dan BRI sebesar 15,38 persen, di mana ketiganya adalah pengendali.
Sementara itu, dari sisi kinerja perusahaan, BSI mencatatkan laba bersih sepanjang tiga bulan pertama mencapai Rp1,45 triliun, meningkat 48 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp987,68 miliar.
Mengacu pada laporan keuangan BRIS yang dipublikasikan pada Harian Bisnis Indonesia, Kamis (27/4/2023), peningkatan laba tersebut sejalan dengan sisi pendapatan penyaluran dana yang menebal 21 persen yoy menjadi Rp5,61 triliun.
Di samping itu, kinerja positif BRIS juga didorong oleh pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang tumbuh 13 persen menjadi Rp418,03 miliar dari poisisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya Rp368,52.
Dari sisi rasio penting perusahan, BRIS mencatatkan peningkatan net operating margin (NOM) sebesar 62 basis poin (bps) menjadi 2,73 persen.
Kemudian, bank juga mencatatkan rasio imbal balik ekuitas (return on equity/ROE) tumbuh 158 bps menjadi 18,16 persen dan imbal balik aset (return on asset/ROA) meningkat 55 bps menjadi 2,48 persen.
Sementara itu, dari segi pendanaan, dana simpanan wadiah bank tercatat meningkat 11 peren menjadi Rp64,71 triliun dari Rp58,12 triliun pada periode yang sama tahun 2022.
Sementara, dana investasi non-profit sharing BRIS juga mengalami penebalan menjadi Rp204,54 triliun dari Rp180,31 triliun.
Dengan cakupan laba tersebut, BSI selaku anak perusahan Bank Mandiri berkontribusi menyokong laba BMRI mencapai Rp751 miliar, tumbuh 34 persen secara tahunan.