Hal serupa juga dilakukan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) yang terus mendorong pertumbuhan dana murah dengan memperkuat penetrasi produk Tabungan Wadiah.
Hingga Mei 2023, rasio dana murah BSI berada pada posisi 61,32 persen, yang komposisinya didominasi oleh tabungan dengan total nasabah mencapai 18,4 juta orang.
Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna mengatakan produk tabungan syariah merupakan salah satu strategi BSI dalam mendorong inklusi keuangan syariah di Tanah Air yang bisa menjangkau seluruh elemen masyarakat.
“Produk tabungan, khususnya Wadiah menjadi salah satu produk unggulan dan yang paling diminati masyarakat karena tabungan ini bebas biaya administrasi,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (29/8/2023).
Dirinya menuturkan, untuk terus menumbuhkan dana murah, BSI juga membangun kerja sama dengan berbagai pihak yang berada di ekosistem keuangan berbasis syariah, seperti memanfaatkan penggunaan produk tabungan dalam ekosistem pendidikan, dengan berperan sebagai pengelola cash management, uang kuliah tunggal [UKT] hingga pembayaran biaya pendidikan lainnya.
Terakhir, PT Bank BCA Syariah, sebagai anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memasang target porsi dana murah sebesar 40 persen dari total dana pihak ketiga (DPK) hingga akhir 2023.
Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum mengatakan dengan cara melakukan moderenisasi infrastruktur digital, yaitu dengan meluncurkan fitur baru pembukaan rekening online melalui BCA Syariah Mobile, maka hal ini bisa menjadi alat untuk memacu pertumbuhan CASA.
Berdasarkan analyst meeting BCA yang dikutip Bisnis, sepanjang paruh pertama 2023 rasio CASA BCA Syariah sebesar 38,1 persen atau senilai Rp3,82 triliun pada Juni 2023, naik 25,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp3,05 triliun.
Saat ini simpanan deposito masih mendominasi himpunan DPK BCA Syariah, yaitu senilai Rp6,21 triliun atau sebesar 61,9 persen dari total DPK per Juni 2023. Bahkan, Yuli menegaskan enggan membatasi penggunaan dana yang mahal, lantaran perusahaan dinilai masih mampu menjaga cost of fund (CoF).
“Di tengah penyempurnaan pengembangan layanan digital dan tools-tools dalam menghimpun CASA masih terus kita kejar, maka kami tidak bisa pungkiri bahwa pertumbuhan DPK masih akan terus disokong deposito,” sebutnya beberapa waktu lalu.