Bisnis.com, JAKARTA - Geliat bank syariah Tanah Air dalam memacu pertumbuhan bisnis dengan mengoptimalkan transformasi digital kian terlihat.
Besarnya potensi digital di Indonesia tergambar setidaknya lewat jumlah pengguna internet yang besar. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,19 persen pada 2023 atau menembus 215.626.156 jiwa dari total populasi yang sebesar 275.773.901 jiwa.
Berdasarkan riset dari Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital di Indonesia pada 2022 juga telah mencapai US$77 miliar, tumbuh 22 persen secara tahunan (year on year/yoy). Nilai ekonomi digital itu kemudian akan naik menjadi US$130 miliar pada 2025 dan menjadi US$220 miliar hingga US$360 miliar pada 2030.
Di sektor keuangan termasuk perbankan, layanan digital juga kian moncer. Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi digital banking di Indonesia sampai dengan Juli 2023 telah mencapai Rp5.035,37 triliun, naik 15,5 persen yoy. Hal ini pun dirasakan oleh PT Bank Muamalat Tbk. yang merasa harus mengoptimalkan layanan mobile banking.
Bank syariah tertua di Indonesia kini menyatakan fokusnya ke Muamalat DIN. Menurut Direktur Keuangan dan Strategi Bank Muamalat Suhendra, dengan nasabah aktif hampir 500.000 orang, saldo yang tumbuh mencapai Rp8 triliun, kian membuat pihaknya bersemangat dalam menghadirkan beragam fitur lengkap untuk memenuhi kebutuhan nasabah dengan tambahan rewards.
“Saat ini, Muamalat DIN sudah dilengkapi dengan fitur-fitur yang menjawab berbagai kebutuhan nasabah. Selain pembukaan rekening online, Muamalat DIN juga dapat digunakan untuk melakukan unduh mutasi rekening elektronik atau e-statement, tarik tunai di gerai Indomaret, pembayaran tagihan, hingga transaksi pembayaran menggunakan QRIS,” ujarnya saat berkunjung ke Bisnis belum lama ini.
Tak hanya itu, menurutnya di aplikasi Muamalat DIN juga sudah tersedia menu Bank Haji yang bisa diakses oleh nasabah maupun non-nasabah Bank Muamalat. Dalam menu tersebut, terdapat fitur pendaftaran haji, pelunasan haji, dan pengecekan nilai manfaat haji terkini serta terdapat pula fitur konten Islami seperti kalkulator zakat, jadwal salat dan arah kiblat.
Bahkan, Suhendra menambahkan kini bank Muamalat DIN memiliki fitur Digital Customer On Board yang memungkinkan calon nasabah membuka rekening baru melalui smartphone dari mana saja tanpa perlu datang ke kantor cabang.
Karyawan melayani nasabah di Kantor Pusat Bank Muamalat, Jakarta, Senin (7/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Tak mau ketinggalan, bank syariah besutan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yakni BCA Syariah juga mulai melakukan modernisasi layanan digital dengan mengembangkan berbagai fitur untuk memudahkan akses nasabah.
Direktur Teknologi Informasi BCA Syariah Lukman Hadiwijaya memaparkan jumlah transaksi di BCA Syariah selama semester I/2023 mencapai 6 jutaan transaksi, di mana 63 persen transaksi nasabah dilakukan melalui mobile banking. Transaksi mobile banking di BCA Syariah pun bertumbuh 47 persen yoy.
"Kemudahan transaksi layanan perbankan elektronik saat ini menjadi kebutuhan mutlak bagi nasabah," katanya dalam Media Gathering: Bank Syariah Wujudkan Ekosistem Digital Andal dan Terpercaya pada Selasa (12/9/2023) di Jakarta.
Salah satu fitur BCA Syariah yang dikembangkan yakni pembukaan rekening online melalui BCA Syariah Mobile. Lewat platform tersebut, kebutuhan nasabah yang ingin membuka rekening dapat dilakukan dari mana saja, tanpa harus datang ke kantor-kantor cabang.
Nasabah yang tertarik membuka rekening di BCA Syariah cukup melakukannya melalui aplikasi BCA Syariah Mobile dan mengisi data secara elektronik.
Tercatat, sejak diluncurkan pada 5 Juni 2023, sudah terdapat 233.724 new customer di BCA Syariah Mobile. Beragam fitur lainnya pun dikembangkan BCA Syariah. "Deposito top up juga pembiayaan emas kami kembangkan," ujar Lukman.
Bahkan, dengan punya induk BCA yang kaya akan fitur di mobile banking, membuat BCA Syariah tak menutup kemungkinan ekosistem mobile banking perbankan ini juga akan dikembangkan berbagai integrasi.
Bahkan, ekosistem syariah pun dikembangkan oleh BCA Syariah di kanal digitalnya. Terdapat pengembangan fitur setoran haji hingga fitur masjid terdekat dan arah kiblat di BCA Syariah Mobile.
Seakan tak mau kalah juga, PT Bank Mega Syariah (BMS) terus melanjutkan pertumbuhan bisnisnya dengan memacu transformasi digital di tengah sejumlah aksi korporasi yang dilakukan sejumlah bank syariah Tanah Air.
Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Ratna Wahyuni menyebutkan BMS akan mengembangkan fitur pada aplikasi mobile banking M-Syariah, salah satunya penambahan fitur transaksi menggunakan QRIS.
Menurut Ratna, semua hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan kepada seluruh nasabah dalam bertransaksi.“[Transformasi digital] hal itu mendukung kami dalam memasuki segmen retail ini. Dalam beberapa saat yang lalu lalu kami telah meluncurkan Syariah Card, produk kartu pembiayaan syariah yang memudahkan nasabah dalam bertransaksi nontunai dengan prinsip pembiayaan syariah,” ujarnya pada Bisnis, Senin (11/9/2023).
Sebagai informasi, pihaknya memang akan memperkuat fundamental bisnis bank dengan memacu peningkatan dana murah dan pembiayaan yang berkualitas, serta meningkatkan fee based income melalui berbagai layanan dan fasilitas perbankan.
Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan upaya yang dilakukan bank syariah, tentu memberikan stimulus pertumbuhan yang lebih baik tetapi tidak akan terlalu pesat.
Menurutnya, hal ini karena kondisi pascapandemi dan usai berakhirnya relaksasi dan sejumlah perbankan atau dalam hal ini syariah masih dihadapkan pada masalah pembiayaan macet (nonperforming financing/NPF), restrukturisasi dan optimalisasi pricing gap di DPK dan pembiayaan.
“Tidak hanya itu, ini juga lantaran ketatnya likuditas karena efek suku bunga,” katanya pada Bisnis.
Di sisi lain, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memaparkan di tengah situasi dan kondisi saat ini, perluasan pasar menggunakan cara konvensional tidak lagi efektif. Harus ada perubahan konsep bisnis dari konvensional menjadi digital.
“Sejauh ini kalau kita perhatikan, prospek bank syariah sedari dulu memang selalu positif dan cerah. Hanya saja pertanyaannya adalah, bagaimana kita mampu menggarap secara maksimal prospek tersebut. Oleh sebab itu seperti yang sudah dilakukan oleh pemerintah dimana mereka menciptakan holding bank syariah,” ucapnya pada Bisnis, Kamis (14/9/2023).
Baginya, di tengah situasi dan kondisi saat ini, perluasan pasar menggunakan cara konvensional tidak lagi efektif. Harus ada perubahan konsep bisnis dari konvensional menjadi digital, sehingga, mau tidak mau transformasi bisnis harus dilakukan untuk mengikuti perkembangan jaman dan mampu menggarap pasar yang tidak terjangkau selama ini.
“Memberikan kemudahan dan bersanding dengan teknologi merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan oleh bank syariah untuk berakselerasi lebih cepat lagi,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta bahwa bank-bank syariah di Indonesia perlu fokus pada pertumbuhan bisnis melalui digitalisasi, perluasan pasar, dan kolaborasi untuk menjaga kualitas layanan dan tata kelola yang baik sambil tetap mengikuti prinsip-prinsip keuangan syariah.
“Sudah menjadi tuntutan sekarang, apalagi jika bersaing dengan bank KBMI IV yang sudah bagus bahkan memberikan kenyamanan dalam bertransaksi.Tentunya, ini sejalan dalam rangka untuk meningkatkan penetrasi digital financing di Tanah Air, karena ke depan transaksi digital akan semakin meningkat kebutuhannya,” tutup Nafan.