Bisnis.com, JAKARTA — Tren kredit macet pembiayaan dengan skema Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater pada paruh waktu 2023 meningkat. Kredivo pun mengatur strategi untuk menekan kredit macet.
Berdasarkan data PT Pefindo Biro Kredit (IdScore), total outstanding yang masuk ke kredit macet mencapai Rp2,15 triliun per Juni 2023.
Kredit macet paylater ini meningkat 10,82 persen apabila dibandingkan dengan periode Mei 2023 dan meningkat 20,78 persen dibandingkan dengan Januari 2023.
Menanggapi tren tingginya kredit macet tersebut, salah satu penyedia kredit digital paylater Kredivo, yang dimiliki oleh FinAccel Pte Ltd, mengungkapkan pihaknya pun memiliki strategi untuk menjaga tingkat kredit bermasalah atau nonperforming financing (NPF).
“Untuk menjaga kredit macet, strategi kami masih sama. Kami menggunakan teknologi AI dan machine learning untuk bisa memvalidasi user secara real time,” kata Indina Andamari, SVP, Marketing & Communications di Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Indina mengatakan dengan metode tersebut maka platform bisa mengetahui secara pasti kelayakan dan kemampuan nasabah. Selain itu perilaku nasabah juga bisa dinilai sehingga limit yang diberikan pun sesuai. Dengan demikian, kemungkinan kredit macet dapat lebih dihindari.
Baca Juga
“Jadi, itu kita melakukan mitigasi risikonya, sampai saat ini dengan strategi yang seperti itu angka NPF kami terjaga [di bawah 5 persen],” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Indina mengatakan Kredivo juga terus melakukan pengawasan untuk mencegah terjadinya fraud melalui fraud investigator. Dia mengatakan apabila ada indikasi fraud pihaknya akan melakukan pemblokiran transaksi.
“Kami ada tim khususnya yaitu fraud investigator,” ungkapnya.
Kredit macet pada paylater seiring dengan masifnya penggunaan fitur beli sekarang beli nanti tersebut. Bahkan IdScore mencatat total outstanding amount paylater mencapai Rp25,16 triliun pada semester I/2023, melompat 29,8 persen secara tahunan.
Berdasarkan outstanding amount, bisnis paylater menyumbang 0,35 persen dari portofolio kredit nasional, sedangkan secara total akun yang dibukukan paylater menyumbang 28,8 persen atau hampir sepertiga perkreditan nasional pada periode yang sama.
Untuk menekan tingginya kredit macet, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai pentingnya edukasi atau literasi terkait dengan penggunakan paylater.
Bhima memandang salah satu konten yang perlu diperbanyak yakni tanggung jawab sebagai peminjam, membaca detail konsekuensi pinjaman, membandingkan bunga dan denda antar platform, hingga memahami bahwa pinjaman diarahkan untuk hal yang produktif bukan semata gaya hidup.
“Paylater cenderung untuk kebutuhan konsumtif maka memicu perilaku boros di generasi muda. Sebagian juga terjerat paylater karena ketidaktahuan terhadap konsekuensi pinjaman, yang akhirnya menyesal,” ujar Bhima.