Bisnis.com, JAKARTA -- Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) selama tiga bulan terakhir terus terkoreksi hingga 7,59% per Rabu (25/10/2023). Perseroan pun memberikan tanggapan terkait dengan saham BBRI turun tersebut.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari menuturkan kinerja BBRI tidak mencerminkan kondisi fundamental perseroan. Pasalnya, pergerakan harga saham juga terkait dengan kondisi eksternal dari perusahaan, utamanya kondisi makro ekonomi.
“Kita sama-sama tahu bahwa sekarang secara global kita mengamati kebijakan The Fed higher for longer yang berakibat naiknya US treasury yield yang berakibat menguatnya dolar Amerika dan memicu pelemahan di pasar saham Indonesia,” ujarnya dalam paparan kinerja kuartal III/2023.
Lebih lanjut, dirinya menuturkan BBRI sendiri secara postur balance sheet liability sensitive, yang artinya pada kondisi perekonomian kala interest rate-nya tinggi, maka kinerja BBRI kerap terkena tekanan lebih besar dibanding perbankan lain.
Di samping itu, wanita yang disapa Vivi ini pun optimistis bahwa BRI memiliki kinerja fundamental yang kuat. Sayangnya, dia tak menyebut berapa target harga saham BBRI, akan tetapi dirinya berharap harga saham emiten perbankan tersebut dapat pulih ke harga yang wajar.
Adapun, berdasarkan RTI Business, harga saham BBRI terparkir di zona hijau naik 1,47% ke level Rp5.175 pada penutupan perdagangan Rabu (25/10/2023) usai penyampaian secara resmi laporan keuangan kuartal III/2023.
Meski demikian harga saham BBRI tertekan 0,48% persen jika ditarik dalam kurun waktu satu bulan. Sementara sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), harga saham BBRI masih tercatat naik 4,76% persen. Bahkan, jika menilik pergerakan 5 tahun terakhir, BBRI masih mencatatkan kenaikan 75,74%.
Sebelumnya, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan penguatan harga saham perbankan Tanah Air saat ini hingga akhir bulan bakal didominasi oleh sentimen rilis kinerja keuangan kuartal III/2023.
Sementara itu, AWP Asesor Kompetensi LSP Pasar Modal Gembong Suwito menilai sentimen positif di pasar saham bakal terus berlanjut di tengah lanskap peta politik capres dan cawapres yang sudah lengkap.
“Selain itu, suku bunga BI juga dinaikan untuk menahan laju pelemahan rupiah dan outflow investor asing,” ungkapnya.