Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) telah membagikan dividen interim kepada pemegang sahamnya pada 2022 lalu. Bagaimana proyeksi tebaran dividen interim BBRI pada tahun ini?
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan tebaran dividen interim mestinya mengacu pada prosedur serta aturan yang berlaku di pasar modal. Namun, pada dasarnya BRI ingin membagikan dividen interim itu kepada pemegang saham tahun ini.
"Hari ini pun saya ingin bagi dividen interim. Akan tetapi ada prosedurnya. Ini agar pemberian dividen interim dilakukan sesuai governance," kata Sunarso dalam acara Ngopi BUMN pada Kamis (26/10/2023) di Jakarta.
Dividen interim sendiri merupakan mekanisme tebaran dividen dalam kurun waktu sebelum tutup buku tahunan perseroan atau pada saat tahun berjalan.
Pada akhir tahun lalu, BRI mengumunkan pembagian dividen interim sebesar Rp8,63 triliun atau Rp57 per lembar saham.
Kemudian, pada awal tahun ini BRI membagikan dividen tunai RpRp43,5 triliun atau Rp288 per lembar saham. Rasio tebaran dividen BRI itu mencapai 85% dari perolehan labanya tahun buku 2022.
Baca Juga
Tebaran dividen tunai BRI menjadi yang terbesar di antara emiten perbankan lainnya. Sementara, apabila berkaca dalam lima tahun terakhir, tebaran dividen BRI juga terus meningkat. Dibandingkan dengan rasio dividen pada 2018, yakni sebesar 49%, maka terjadi peningkatan rasio tebaran dividen 36 basis poin (bps) di BRI hingga mencapai 85% pada tahun buku 2022.
Sunarso mengatakan tebaran dividen BRI dengan rasionya itu memang tergolong besar, sebab BRI mempunyai modal yang juga jumbo. "Jadi tidak ada masalah dengan bagi dividen," ujar Sunarso.
Tercatat, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai level 27%. "Jika diperhitungkan, berarti sampai 5 tahun ke depan tidak layak laba BRI ditahan untuk menambah permodalan, karena modalnya besar," ujar Sunarso.
Hingga kuartal III/2023, BRI sendiri telah meraih laba bersih konsolidasi Rp44,21 triliun, tumbuh 12,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) sebesar Rp38,31 triliun.