Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pasar bank syariah saat ini tidak sehat karena didominasi oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS). Bagaimana persaingan BSI dengan bank syariah lainnya?
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan peta persaingan bank syariah di Indonesia saat ini tidak sehat karena terdapat satu bank yang memiliki pangsa aset besar, sementara yang lainnya memiliki aset yang tergolong kecil.
Bank syariah terbesar di Indonesia saat ini adalah BSI. Bank hasil merger dari Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank BRI Syariah ini telah mencatatkan aset sebesar Rp319,84 triliun pada kuartal III/2023, naik 14,2% secara tahunan (year on year/yoy).
Aset BSI berbeda jauh dibandingkan dengan bank syariah lainnya. PT Bank Muamalat Tbk. di posisi kedua misalnya mencatatkan aset Rp66,2 triliun per 30 September 2023.
Kemudian unit usaha syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) atau CIMB Niaga Syariah yang berada di posisi ketiga mencatatkan aset sebesar Rp61,46 triliun pada kuartal III/2023.
Baca Juga
UUS PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) atau BTN Syariah belum melaporkan kinerja keuangan mereka pada kuartal III/2023. Namun, mengacu pada laporan keuangan semester I/2023, aset BTN Syariah mencapai Rp46,27 triliun.
Andaikan ketiga bank syariah pesaing BSI yakni Bank Muamalat, CIMB Niaga Syariah, serta BTN Syariah itu digabung, asetnya masih kalah jauh dibandingkan BSI.
Dian mengatakan dengan kondisi seperti itu, OJK mendorong adanya bank syariah yang besar lainnya hadir di Indonesia. "Bahwa nanti kita ingin melihat 2 atau 3 bank syariah lain seukuran BSI," kata Dian pada Selasa (14/11/2023).
Sebelumnya, Direktur Utama BSI Hery Gunardi membeberkan dominasi BSI di pasar bank syariah Tanah Air itu terjadi seiring dengan merger. BSI sendiri resmi merger dari Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank BRI Syariah pada 2021.
"Gara-gara merger kami jadi enggak punya teman," katanya dalam acara Ngopi BUMN pada bulan lalu (10/10/2023).
Meski begitu, dengan besarnya aset BSI, bank syariah menjadi punya wakil di daftar aset bank terbesar Tanah Air. "Kami beradunya tidak lagi dengan syariah tapi dengan konvensional," tutur Hery.
BSI sendiri masuk ke jajaran 10 besar bank pendulang aset terbesar Tanah Air. Padahal sebelum merger atau pada 2020, Bank Syariah Mandiri hanya urutan 15 bank dengan aset terbesar di Indonesia.
Lalu, BRI Syariah dan BNI Syariah masing-masing di urutan 23 dan 24. "Bank syariah tidak kelihatan dan tidak terdengar. Kemudian setelah merger dari sisi aset, kita masuk ke tujuh," ungkap Hery.
Harapan Hadirnya Pesaing Baru
OJK memang ingin agar hadir pesaing BSI di pasar perbankan syariah Tanah Air. "Saat ini ada bank syariah yang masuk 10 bank terbesar di Indonesia yaitu BSI. Diharapkan nantinya ada bank syariah berskala besar lainnya yang lahir," kata Direktur Pengaturan dan Pengembangan Perbankan Syariah OJK Nyimas Rohmah dalam acara media briefing perkembangan keuangan syariah yang digelar OJK pada April lalu (11/4/2023).
Salah satu upaya OJK untuk mendorong lahirnya bank syariah besar adalah dengan konsolidasi. Adapun, dalam hal konsolidasi, OJK telah mengeluarkan aturan pemisahan atau spin off UUS menjadi bank umum syariah (BUS).
Ketentuan spin off datang setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan aturan anyar pada Juli 2023, yakni POJK No.12/2023.
Dalam beleid itu, bank yang memiliki UUS dengan share asset lebih dari 50% dan/atau total aset UUS mencapai lebih dari Rp50 triliun wajib untuk melakukan spin off.
Pangsa Pasar Bank Syariah
Selain mendorong pasar bank syariah yang lebih sehat, adanya pemain besar lainnya dinilai akan mendongkrak pangsa aset bank syariah yang masih kecil.
Berdasarkan laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia yang dirilis OJK, pangsa pasar bank syariah dibandingkan industri perbankan secara keseluruhan mencapai 7,09% pada 2022.
Sementara itu, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan pasar bank syariah di Indonesia memang masih terbuka lebar. Ekosistem syariah juga perlu dikembangkan.
"Dengan hadirnya bank syariah besar baru maka akan meramaikan industri bank syariah di Indonesia," ujar Trioksa.
Sejalan dengan harapan OJK itu, terdapat bank yang menggalang aksi konsolidasi. Salah satu bank yakni BTN akan menjalankan spin off UUS mereka atau BTN Syariah menjadi BUS melalui langkah konsolidasi. Kabar terbaru, aksi konsolidasi berupa akuisisi BTN itu direncanakan dengan menyasar Bank Muamalat.
Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan terkait kabar akuisisi kepada Bank Muamalat, dalam 12 bulan mendatang BTN memang memiliki beberapa rencana aksi korporasi, salah satunya melakukan spin off UUS menjadi BUS.
Rencana aksi korporasi dimaksud telah tercantum pada rencana bisnis bank (RBB) dan aksi korporasi akan dipublikasikan setelah ada persetujuan dari regulator.
Saat ini BTN memang sedang mempersiapkan opsi untuk melakukan spin off UUS jadi BUS. Adapun, proses spin off terus berjalan dengan mengkaji opsi yang paling efisien, mudah dan cepat dilaksanakan.
Opsi pertama yaitu akan mendirikan perusahaan baru atau meminta lisensi baru untuk BUS. Kemudian opsi kedua yaitu melakukan akuisisi bank syariah yang sudah ada.
"Untuk melaksanakan opsi kedua, perseroan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa bank syariah yang ada dan terus berkomunikasi untuk mendapatkan penawaran terbaik," jawab Ramon di keterbukaan informasi pada Senin (13/11/2023).
Anggota himpunan bank milik negara (Himbara) itu memang berencana akan mengakuisisi BUS seiring dengan spin off UUS mereka BTN Syariah. BTN pun menjajaki sejumlah kemungkinan bank syariah mana yang akan diakusisi.
Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu sempat membeberkan pihaknya masih dalam proses evaluasi dan peninjauan mendalam (due diligence) terhadap beberapa bank yang dianggap sebagai calon potensial untuk diakuisisi.
"Kan masih lihat-lihatan [calon bank], due diligence dulu. Begitu kan nggak gampang lah. Ada beberapa yang udah kita kontak. Ya, mudah-mudahan sebelum akhir tahun mengerucut lah [nama bank yang diakusisi]," ujarnya.
Pada awal 2022 lalu, BTN juga sempat melirik anak usaha PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC), yakni Bank Victoria Syariah untuk diakuisisi. Negosiasi dikabarkan sudah berjalan, tetapi kedua pihak gagal menemui kata sepakat.