Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pasar bank syariah saat ini tidak sehat karena didominasi oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS). OJK pun menilai bahwa BSI butuh pesaing.
"Memang kan tidak sehat dalam suatu pasar syariah, ada bank gede banget, yang lainnya hajya terima kecil-kecil saja," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae pada Selasa (14/11/2023).
Oleh karena itu ia mengatakan OJK saat ini sedang mendorong bank syariah untuk berkonsolidasi. "Bahwa nanti kita ingin melihat 2 atau 3 bank syariah lain seukuran BSI," kata Dian.
Menurutnya, salah satu upaya OJK mendorong konsolidasi dan hadirnya bank syariah besar selain BSI adalah dengan pemisahan atau spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS). "Jadi apapun yang dilakukan terkait spin off akan dikaitkan dengan konsolidasi," ujarnya.
Ketentuan spin off datang setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan aturan anyar pada Juli 2023, yakni POJK No.12/2023.
Dalam beleid itu, bank yang memiliki UUS dengan share asset lebih dari 50% dan/atau total aset UUS mencapai lebih dari Rp50 triliun wajib untuk melakukan spin off.
Baca Juga
Gayung pun bersambut, salah satu bank yakni PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) akan menjalankan spin off UUS mereka menjadi BUS melalui langkah konsolidasi. Kabar terbaru, aksi konsolidasi berupa akuisisi BTN itu direncanakan dengan menyasar PT Bank Muamalat Tbk.
Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan terkait kabar akuisisi kepada Bank Muamalat, dalam 12 bulan mendatang BTN memang memiliki beberapa rencana aksi korporasi, salah satunya melakukan spin off UUS menjadi BUS. Rencana aksi korporasi dimaksud telah tercantum pada rencana bisnis bank (RBB) dan aksi korporasi akan dipublikasikan setelah ada persetujuan dari regulator.
Saat ini BTN memang sedang mempersiapkan opsi untuk melakukan spin off UUS jadi BUS. Adapun, proses spin off terus berjalan dengan mengkaji opsi yang paling efisien, mudah dan cepat dilaksanakan.
Opsi pertama yaitu akan mendirikan perusahaan baru atau meminta lisensi baru untuk BUS. Kemudian opsi kedua yaitu melakukan akuisisi bank syariah
yang sudah ada. "Untuk melaksanakan opsi kedua, perseroan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa bank syariah yang ada dan terus berkomunikasi untuk mendapatkan penawaran terbaik," jawab Ramon di keterbukaan informasi pada Senin (13/11/2023).
Anggota himpunan bank milik negara (Himbara) itu memang berencana akan mengakuisisi BUS seiring dengan spin off UUS mereka BTN Syariah. BTN pun menjajaki sejumlah kemungkinan bank syariah mana yang akan diakusisi.
Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu sempat membeberkan pihaknya masih dalam proses evaluasi dan peninjauan mendalam (due diligence) terhadap beberapa bank yang dianggap sebagai calon potensial untuk diakuisisi
"Kan masih lihat-lihatan [calon bank], due diligence dulu. Begitu kan nggak gampang lah. Ada beberapa yang udah kita kontak. Ya, mudah-mudahan sebelum akhir tahun mengerucut lah [nama bank yang diakusisi]," ujarnya.
Pada awal 2022 lalu, BTN juga sempat melirik anak usaha PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC), yakni Bank Victoria Syariah untuk diakuisisi. Negosiasi dikabarkan sudah berjalan, tetapi kedua pihak gagal menemui kata sepakat
Berkelindan dengan rencana akuisisi BUS itu, mengacu informasi yang diterima Bisnis, BTN dikabarkan ingin mengakuisisi Bank Muamalat dan menggabungkan Bank Muamalat dengan BTN Syariah. BTN kini sedang mengkaji sejumlah opsi terkait aksi korporasi tersebut.
“Saat ini, kami [BBTN] sedang mengkaji opsi apakah kami akan masuk sendiri atau bersama investor lainnya,” ujar sumber Bisnis di Bank BTN, pekan lalu (9/11/2023).