Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Survei: OJK Klaim Perbankan Tetap Optimistis di Sisa Tahun

Survei dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meramal soal risiko dan arah bisnis perbankan pada akhir 2023 atau kuartal IV/2023.
Pengunjung melintas di depan logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Gedung Bank Indonesia, Jakarta. Bisnis/Abdurachman
Pengunjung melintas di depan logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Gedung Bank Indonesia, Jakarta. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA -- Survei dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meramal soal risiko dan arah bisnis perbankan pada akhir 2023 atau kuartal IV/2023. Dalam Hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) kuartal IV/2023, mayoritas responden  meyakini bahwa kinerja perbankan akan tetap terjaga baik pada triwulan IV/2023. 

Hal ini tercermin dari Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada triwulan IV-2023 yang tercatat sebesar 62 (zona optimis).  “Optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi akan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan dibarengi dengan kemampuan perbankan dalam mengelola risiko yang dihadapi meskipun dengan kondisi makroekonomi global yang kurang kondusif,” tulis OJK dalam laporannya, Minggu (26/11/2023). 

Bahkan, mayoritas responden meyakini bahwa risiko perbankan (risiko kredit, likuiditas, dan pasar) pada triwulan IV-2023 masih terjaga dan terkendali  di tengah kondisi makroekonomi yang diperkirakan kurang kondusif termasuk karena dampak risiko suku bunga acuan yang tinggi secara global dan dapat berlangsung lebih lama (higher for longer).

Adapun, hal ini seiring fleksibilitas ruang penyesuaian suku bunga yang masih cukup besar bagi perbankan karena ditopang likuiditas yang cukup ample serta didukung koordinasi kebijakan terintegrasi dalam KSSK yang selama ini cukup efektif dalam menangkal dampak global. 

Hal tersebut pun terlihat dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 58 (zona keyakinan bahwa risiko cukup manageble), seiring dengan keyakinan bahwa risiko kredit dan risiko pasar yang tetap terjaga.

Responden  juga meyakini bahwa kualitas kredit tetap baik, PDN pada level rendah dan berada pada posisi long, dan rentabilitas masih akan meningkat seiring dengan kenaikan penyaluran kredit. Selanjutnya, risiko likuiditas juga diperkirakan masih terjaga stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Dian Ediana Rae menyampaikan bahwa hasil SBPO triwulan IV/2023 ini menunjukkan bahwa sektor perbankan tetap optimis di tengah-tengah volatilitas kondisi global dan dinamika kondisi makroekonomi domestik.

Per September 2023, kinerja intermediasi perbankan tetap terjaga dengan pertumbuhan kredit per September 2023 tercatat 8,96% yoy dan DPK yang tumbuh 6,54% yoy. 

Outlook kinerja perbankan secara menyeluruh sampai dengan akhir tahun 2023 dan 2024 diperkirakan masih akan terjaga dengan baik,” katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (26/11/2023).

Ekspektasi terhadap kinerja perbankan pada triwulan IV-2023 juga optimis dengan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 84. 

Optimisme kinerja perbankan didorong oleh ekspektasi bahwa sisi funding (DPK) akan tetap mampu menyokong meningkatnya penyaluran kredit yang berdampak pada peningkatan laba dan modal perbankan. 

Pertumbuhan kredit yang terus naik pada triwulan IV-2023 pun didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang masih cukup baik, meningkatnya konsumsi, dan masih terjaganya daya beli masyarakat. 

Dari sisi penghimpunan dana, responden memperkirakan bahwa pada triwulan IV-2023, DPK juga akan tumbuh meningkat.

Ini sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin membaik, usaha bank memperoleh sumber dana untuk mendukung pertumbuhan kredit, dan adanya dana pemerintah yang masuk pada bank daerah. 

Meski, Dian mengatakan inflasi sektor pangan relatif tidak memberikan berpengaruh signifikan pada kinerja pertumbuhan kredit maupun kinerja debitur. 

Namun, bank tetap harus melakukan strategi mitigasi risiko inflasi pangan antara lain dengan meningkatkan fokus dalam menambah nasabah (debitur) baru secara prudent, melakukan edukasi kepada pelaku usaha sektor pertanian agar mampu menghindari risiko inflasi pangan.

“Tak hanya itu, pemantauan harga produksi debitur beserta analisis sensitivitas/stress test terhadap penambahan modal kerja juga harus yang dilakukan secara berkala. Hal ini menunjukkan perhatian sektor perbankan terhadap isu ketahanan pangan (food security),” tuturnya. 

Adapun, sejumlah pemain industri perbankan juga memiliki keyakinan bahwa pertumbuhan yang tersisa tinggal dua bulan ini akan moncer. 

Misalnya, PT Bank Permata Tbk. (BNLI) yang menyiapkan strategi guna mendorong profitabilitas di kala era suku bunga tinggi. 

Direktur Keuangan PermataBank Rudy Basyir Ahmad mengatakan pihaknya memasang target yang tak jauh dari industri, di mana segmen korporasi, komersial dan ritel akan tumbuh dengan baik sembari berupaya menjaga neraca keuangan bank. 

“Kami memang sekarang lagi berusaha menjaga balance sheet kami dari sisi strategi balance sheet optimization ada tiga fokus,” ujar Rudy saat Public Expose PermataBank 2023 di Kantor Pusat PermataBank, Kamis (23/11/2023).

Di mana, BNLI berupaya meningkatkan pendanaan yang stabil dan murah dengan menjaga cost of fund (CoF). Lalu, menentukan tingkat bunga kredit dengan lebih disiplin dengan fokus nasabah wholesale yang dapat mewujudukan strategi prioritas bank, yakni menjadi mitra kerja ekosistem.

“Yang ketiga dari sisi penyaluran kredit, kami juga menjaga sisi prudentialnya juga. Tidak sebatas mengejar kreditnya ya. Jadi itu kurang lebih strategi holistik kredit dan DPK (dana pihak ketiga) bank,” kata Rudy.

Di sisi lain, EVP Corporate Communication and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Hera F. Haryn  juga mencatat tren yang sejalan dengan tren perbankan nasional, namun BCA senantiasa menjaga posisi likuiditas yang solid. 

“Likuiditas BCA berada pada posisi yang memadai untuk meningkatkan pertumbuhan kredit ke depannya,” katanya pada Bisnis, Minggu (26/11/2023)

Meski BCA tidak membidik sektor tertentu untuk penyaluran kredit, lantaran pihaknya memilih untuk mengamati dan menganalisa kelayakan masing-masing debitur, namun Direktur BCA Rudi Susanto mengatakan permintaan atas kredit dari sektor hilirisasi minerba per kuartal III/2023 mengalami kenaikan.  

"Ke depan masih ada kesempatan di sana [hilirisasi], juga sedang kami me-review di sektor pulp and paper, ada perluasan, moga-moga bisa terlaksana dalam dua kuartal ini," ucapnya.  Tak hanya itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga memproyeksikan perseroan dapat tumbuh di atas rata-rata industri, meski harus dibayangi ketidakpastian kondisi global seiring dengan memanasnya tensi geopolitik hingga era suku bunga tinggi.

  Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan hal ini didasarkan capaian Bank Mandiri yang mencatatkan kinerja, di mana kredit perseroan  tumbuh 12,71% secara tahunan, melampaui industri 8,96% yoy. 

“Atas dasar pencapaian kredit yang baik hingga triwulan 2023 ini, kami optimis di akhir tahun 2023, pertumbuhan kami masih akan ada di atas range atas guidance kami, yaitu 10-12% , kami memperkirakan pertumbuhan kredit ini merata dari wholesale dan ritel,” katanya beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper