Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) membeberkan sederet tantangan penyaluran pembiayaan hijau di Indonesia. Salah satu tantangan adalah masih kurangnya perhatian perusahaan-perusahaan di Indonesia akan prinsip keberlanjutan, membuat permintaan pembiayaan hijau masih sedikit.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria mengatakan pembiayaan hijau di Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang besar. Apalagi, prinsip keberlanjutan atau environmental, social, and governance (ESG) telah banyak didengungkan secara global.
"Di tengah ketidakpastian global kami percaya ESG investing jadi isu penting," ujarnya dalam acara konferensi pers Mandiri Sustainability Forum (MSF) 2023 pada Kamis (7/12/2023).
Namun, ada sekelumit tantangan yang mesti dihadapi bank dalam menyalurkan pembiayaan hijau di Indonesia. Tantangan pertama adalah demand. "Masih terbatas awareness pelaku usaha terkait dengan ESG, ini membuat adanya demand pembiayaan hijau masih terbatas," katanya.
Ia mengatakan ada sejumlah upaya yang mesti dilakukan untuk mendorong adanya demand pembiayaan hijau ini. Di antara upaya adalah dengan skema insentif.
"Saat ini sudah banyak skema yang dihasilkan regulator, pemerintah, serta bank. Namun, masih perlu pendalaman," tutur Eka.
Baca Juga
Tantangan lainnya, masih sedikit perusahaan di Indonesia yang sadar akan target nol emisi karbon. Bank Mandiri melalui Mandiri Institute merilis hasil riset dan penelitian teranyar bertajuk Sustainable Acts: Why Now, What’s Next? Dalam riset tersebut, Mandiri Institute melakukan survei terhadap total 162 emiten di mana hasilnya sebanyak 71% perusahaan terbuka meyakini praktik bisnis dengan prinsip ESG akan menjadi prioritas di masa depan. Namun, hanya 57% baru sadar akan target Nationally Determined Contributions (NDC) atau penurunan emisi gas rumah kaca hingga 2030.
“Untungnya, hampir seluruh responden telah mempertimbangkan untuk melakukan praktik bisnis ESG ke depannya. Artinya, potensi bisnis berkelanjutan masih sangat terbuka dan Bank Mandiri berkomitmen kuat untuk mengoptimalkan potensi tersebut,” kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro.
Selain kepada emiten, Mandiri Institute melakukan survei kepada 251 perusahaan non listed pada Agustus 2023. Hasilnya, sebagian besar perusahaan non-listed belum mengetahui beberapa target atau regulasi terkait ESG.
Lalu, hanya 25% responden yang berasal dari perusahaan non-listed tahu tentang target emisi nol karbon Indonesia pada 2060.
Meski begitu, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan Bank Mandiri akan terus berkomitmen mendorong inisiatif keberlanjutan, termasuk pembiayaan hijau di Indonesia. Hingga kuartal III/2023, perseroan telah menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan sebesar Rp253 triliun atau 24,9% dari total kreditnya.
Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah menembus Rp122 triliun, setara dengan 12% penyaluran kredit di periode sama.
Sementara dari sisi pendanaan, Bank Mandiri telah menerbitkan sustainability bond sebesar US$300 juta dengan 8,3 kali oversubscription rate. Kemudian, Bank Mandiri menjalankan ESG repo transaction dengan nilai mencapai US$500 juta.
Di samping itu, pada awal 2023 Bank Mandiri sudah menerbitkan Green Bond Tahap I sebesar Rp 5 triliun yang merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dengan target dana sebesar Rp10 triliun.
“Kami percaya bahwa isu ESG akan menjadi mainstream. Sekalipun ada guncangan, hal ini tetap menjadi penting ke depan,” ujar Darmawan.