Bisnis.com,JAKARTA – Bank sentral Amerika Serikat (AS) diperkirakan memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga hingga 150 basis poin setelah mencapai puncaknya pada level 5,5%.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni P. Joewono menyampaikan bahwa salah satu tantangan yang masih perlu diwaspadai tahun depan adalah tetap tingginya suku bunga kebijakan bank sentral global, terutama negara maju.
Hal ini dikarenakan tingkat inflasi di negara maju yang masih berkisar pada level 3%, belum turun ke target 2%. Namun demikian, BI melihat ada ruang penurunan suku bunga the Fed atau Fed Funds Rate (FFR) yang akan dilakukan pada semester II/2024.
Selain itu, berdasarkan skenario yang lebih optimistis, FFR bahkan diperkirakan berpotensi turun sebesar 150 basis poin dalam jangka waktu 1 tahun, yang dimulai pada Maret 2024.
“Nampaknya inflasi AS sudah mulai melambat dan inflasinya menuju ke 2%, ini mengakibatkan prediksi kami, FFR juga akan turun, bahkan perkiraan optimis kita bisa turun 150 bps dalam 1 tahun,” katanya dalam acara Economic Outlook IKA UNS, Jumat (29/12/2023).
Lebih lanjut, Doni mengatakan, sinyal pelonggaran suku bunga the Fed tersebut telah mendorong redanya ketidakpastian global.
Baca Juga
Hal ini tercermin dari nilai tukar rupiah yang cenderung menguat dan mencapai level Rp15.399 per dolar AS pada penghujung 2023.
“Rupiah sangat kuat, bagus, di bawah Rp15.400, dan tentunya ini karena beberapa kebijakan, karena meredanya ketidakpastian,” kata Doni.
Dia menambahkan, perkembangan suku bunga global ini kedepannya akan menjadi salah satu pertimbangan bagi BI untuk menetapkan kebijakan suku bunga kebijakan di indonesia pada 2024.