Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Bank Jumbo (BMRI, BBCA, BBRI, BBNI) All Time High, Cek Rekomendasinya!

Simak rekomendasi saham bank jumbo BMRI, BBCA, BBRI, BBNI yang kompak All Time High pada Kamis (4/1/2023).
Logo empat bank jumbo di Indonesia: BCA, BNI, BRI, Bank Mandiri.
Logo empat bank jumbo di Indonesia: BCA, BNI, BRI, Bank Mandiri.

Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah saham bank jumbo seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) kompak menyentuh rekor level tertinggi atau all time high.

Rekor tersebut dicapai setelah munculnya rilis risalah pertemuan Federal Reserve (The Fed) untuk 12-13 Desember 2023.

Berdasarkan RTI Business, harga saham BMRI sempat menyentuh rekor tertingginya, yaitu Rp6.400. pada perdagangan Kamis (4/1/2024). Kemudian, harga saham BMRI ditutup di level Rp6.350, naik 4,1% dalam 24 jam terakhir. 

Adapun, dalam sebulan harga saham BMRI naik 5,83% dan sepanjang tahun berjalan atau secara (year-to-date/ytd) harga saham bank jumbo BUMN ini naik 4,96%. 

Capaian tertinggi juga dialami oleh emiten perbankan BBNI yang mencetak rekor Rp5.675, tertinggi selama lima tahun terakhir pada perdagangan hari ini. Akan tetapi, dalam penutupan perdagangan, BBNI terparkir di level Rp5.600, naik 4,67%. 

Dari kalangan bank jumbo swasta, BBCA nyatanya menyentuh rekor level tertinggi atau all time high hingga penutupan perdagangan hari ini.

Tercatat, saham BBCA naik 1,34% menjadi Rp9.475 dalam 24 jam terakhir. Jika ditarik secara bulanan, saham ini naik 6,16% dan dalam setahun melambung 9,22%.

Sementara itu, saham BBRI naik 1,79% menjadi Rp5.700 dalam 24 jam terakhir. Saham BBRI masih berpotensi untuk terus menguat menuju all time high dalam lima tahun terakhir yaitu Rp5.750.

Sentimen Positif 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan sederet bank jumbo Tanah Air mencapai all time high karena dipengaruhi sentimen positif dari konsistensi kinerja dalam mencatatkan pertumbuhan dari margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).“Ini memang di-support oleh kenaikan pertumbuhan kredit,” ungkapnya pada Bisnis, Kamis (4/1/2024).

Dirinya juga menyebut, sekalipun dijegal oleh penerapan pengetatan moneter dari Bank Indonesia, akan tetapi kebijakan tersebut nyatanya selurus dan sebanding dengan kinerja stabilitas perekonomian domestik. Sehingga, kinerja pertumbuhan kredit bisa berjalan progresif. 

Lebih lanjut, dia menilai kalangan perbankan juga makin optimistis dalam melanjutkan kinerja positifnya pada 2024. Hal ini lantaran kredit consumer bakal terus bertumbuh

"Kami juga akan menyambut soft landing policy yang diterapkan BI dalam hal ini pivot policy, dari yang awalnya pengetatan moneter menjadi pelonggaran moneter,” ucapnya.

Mengacu pada MNC Sekuritas, sejumlah saham bank jumbo diprediksi memiliki prospek kinerja yang cerah pada 2024. Misalnya, BBCA yang diproyeksi mendapat NIM tinggi melalui posisi current account savings account (CASA) yang kuat dan BMRI yang didorong oleh pertumbuhan pinjaman yang kuat dan konsisten atas perbaikan dari segi kualitas aset.

Saat dihubungi terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan untuk faktor pendorong sederet bank KBMI IV itu mencapai all time high, lantaran tersengat antisipasi penurunan Fed Rate pada tahun ini, yang pada akhirnya mendorong penurunan BI Rate.

“Dengan ini investor asing mengantisipasinya dengan melakukan net buy atas saham-saham perbankan,” ujarnya pada Bisnis.

Menurutnya, hal itu terkait prospek perbankan sendiri tetaplah positif. Pasalnya, dengan penurunan suku bunga akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit.

AWP Asesor Kompetensi LSP Pasar Modal Gembong Suwito juga menyebut bahwa saham bigbank akan berpotensi mendapat sentimen positif dari momentum January effect yang didorong oleh inflow investor asing ke BEI

“Secara statistik, untuk 4 bank dalam kurun 10 tahunan pada Januari, memang lebih dominan positif alias naik,” katanya. 

Sebelumnya, Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia Changkun Shin mengatakan The Fed diperkirakan masih akan menahan suku bunga di level tersebut pada kuartal I/2024, baru kemudian akan dipangkas secara bertahap hingga akhir tahun. 

"Pada kuartal II/2024, The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga sebesar 25 bps. Penurunan suku bunga akan terus berlanjut pada kuartal ketiga dan keempat 2024, dengan kemungkinan suku bunga Fed akan turun ke level 4,5% pada akhir 2024," ujar Shin kepada Bisnis. 

Lebih lanjut dia mengatakan, sejumlah saham yang berpotensi diuntungkan dari penurunan suku bunga The Fed adalah saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga, seperti saham perbankan, asuransi, properti dan real estate.

Terakhir, dalam riset terpisah, Ciptadana Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy di BBCA dengan target harga di level Rp10.300 per saham.

Lalu, BBRI mendapatkan rekomendasi buy dengan target harga Rp6.250 per saham. BMRI direkomendasikan buy dengan target harga Rp6.550 per saham. Sementara, BBNI mendapatkan rekomendasi buy dengan target harga Rp5.825. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper