Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba BCA (BBCA) Tembus Rp48,6 Triliun, Klan Hartono jadi Keluarga Terkaya No.2 di Asia

Saat ini BBCA mengantongi laba Rp48,6 triliun sepanjang 2023 naik 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Michael Bambang Hartono, salah satu pemilik Djarum Group, berfoto setelah wawancara di Jakarta pada Selasa (21/8/2018). Hartono merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia yang pundi-pundi kekayaannya berasal dari bisnis tembakau, perbankan, dan telekomunikasi. Dia juga pemain bridge profesional yang meraih medali perunggu di Asian Games 2018. - Bloomberg/Dimas Ardian
Michael Bambang Hartono, salah satu pemilik Djarum Group, berfoto setelah wawancara di Jakarta pada Selasa (21/8/2018). Hartono merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia yang pundi-pundi kekayaannya berasal dari bisnis tembakau, perbankan, dan telekomunikasi. Dia juga pemain bridge profesional yang meraih medali perunggu di Asian Games 2018. - Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Bloomberg kembali merilis daftar keluarga terkaya di Asia. Adapun, kekayaan kolektif di antara klan terkaya di kawasan ini tembus US$$534 miliar, naik US$55 miliar sejak Maret.  

Meskipun daftar ini terus berubah seiring dengan perubahan pasar dan keadaan ekonomi, namun beberapa keluarga tetap menjadi titik fokus pada puluhan tahun terakhir. 

Sesuai metodologi yang digunakan, peringkat ini tidak memasukkan kekayaan generasi pertama dan kekayaan yang dikendalikan oleh satu pewaris tunggal. 

Menariknya, pemilik Grup Djarum asal Indonesia masuk ke dalam lima besar keluarga terkaya di Asia. Kekayaan klan Hartono ditaksir mencapai sekitar US$44,8 miliar atau setara dengan Rp709,05 triliun (kurs Rp15.827 per dolar AS). Bahkan, kekayaannya ini menyalip keluarga pemilik Samsung.

Konglomerasi bisnis Hartono sendiri telah diwarisi oleh kakak-adik Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono yang berawal dari bisnis rokok sang ayah, Oei Wie Gwan.  

Setelah Oei Wie Gwan meninggal, Hartono bersaudara melakukan diversifikasi usahanya dengan berinvestasi di PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), yang kini menjadi sebagian besar sumber kekayaan Hartono. 

Adapun, saat ini kendali bisnis sudah berada di generasi ke-3, Armand Wahyudi Hartono, putra dari Robert Budi yang juga telah menduduki posisi sebagai Wakil Direktur BCA. 

Berikut daftar 20 keluarga terkaya di Asia versi Bloomberg. Simak ulasannya. 

1. Nama: Ambani

Perusahaan: Reliance Industries

Kekayaan: US$102.7 Miliar

Industri: Konglomerat

Lokasi: India

Generasi: 3

Dhirubhai Ambani, ayah dari Mukesh dan Anil, memulai pembangunan perusahaan pendahulu Reliance Industries pada akhir 1950-an.

Reliance Industries, berbasis di Mumbai yang kini dikendalikan oleh sang anak, Mukesh Ambani telah berkembang ke sektor teknologi, ritel, dan energi hijau. Tak hanya itu, Jio juga menjadi layanan ponsel milik keluarga Ambani, kini menjadi operator terbesar di India.

2. Nama: Hartono

Perusahaan: Djarum, Bank Central Asia

Kekayaan: US$44,8 Miliar

Industri: Tembakau, Keuangan

Lokasi: Indonesia

Generasi: 3

Oei Wie Gwan membeli merek rokok pada 1950 dan menggantinya menjadi Djarum, salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.

Setelah Oei meninggal pada 1963, anak-anaknya memperluas bisnis dengan berinvestasi di Bank Central Asia, yang sekarang menjadi sebagian besar kekayaan keluarga.

Teranyar, saat ini BBCA mengantongi laba Rp48,6 triliun sepanjang 2023 naik 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Jika ditilik lebih dalam, sepanjang 2018, BCA meraih laba bersih Rp25,85 triliun. Angka ini tumbuh 10,47% menjadi Rp28,56 triliun sepanjang 2019. Lalu, pada 2020, BCA membukukan laba sebesar Rp27,13 triliun 

Kemudian, pada akhir 2022 BCA kembali mencatatkan laba bersih yang menyentuh Rp40,74 triliun, alias tumbuh 29,66% dibanding periode sebelumnya, di mana BCA meraih laba bersih Rp31,42 triliun sepanjang 2021.  

Seiring dengan rilisnya laporan kinerja BCA sepanjang 2023, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi kinerja BBCA terus moncer, sesuai dengan perkiraan mengingat tingginya prediktabilitas pendapatannya karena bank tersebut memiliki pertumbuhan pendapatan paling tangguh sejauh ini.  

“Bank ini memiliki peluang tertinggi untuk meningkatkan pinjamannya secara agresif pada tahun 2024 mengingat likuiditasnya yang melimpah,” tulis Analis Handiman Soetoyo dan Abyan H. Yuntoharjo dalam risetnya yang dikutip Bisnis, Kamis (25/1/2024).

3. Nama: Mistry

Perusahaan: Shapoorji Pallonji Group

Kekayaan: US$36.2 Miliar

Industri: Konglomerat

Lokasi: India

Generasi: 5

Bisnis keluarga ini dimulai pada 1865 ketika kakek Pallonji Mistry mendirikan perusahaan konstruksi dengan seorang Inggris. Kini, Shapoorji Pallonji Group mencakup berbagai bidang bisnis, termasuk teknik dan konstruksi.

Sebagian besar kekayaan keluarga dipegang dalam Tata Sons, perusahaan induk utama di balik Tata Group yang mengendalikan Jaguar Land Rover.

4. Nama: Kwok

Perusahaan: Sun Hung Kai Properties

Kekayaan: US$32.3 Miliar

Industri: Properti

Lokasi: Hong Kong

Generasi: 3

Kwok Tak-seng mencatatkan Sun Hung Kai Properties pada 1972, yang kemudian menjadi salah satu pengembang properti terbesar di Hong Kong. Anak-anaknya, Walter, Thomas, dan Raymond, mengambil alih setelah kematian Kwok pada 1990.

5. Nama: Chearavanont

Perusahaan: Charoen Pokphand Group

Kekayaan: US$31,2 Miliar

Industri: Konglomerat

Lokasi: Thailand

Generasi: 4

Charoen Pokphand Group merupakan sebuah konglomerat dengan unit makanan, ritel, dan telekomunikasi. Keluarga Chearavanont mendirikan dana US$2 miliar dengan LDA Capital untuk berinvestasi di perusahaan pertumbuhan di Asia Tenggara.

6. Nama: Yoovidhya

Perusahaan: TCP Group

Kekayaan: US$30,2 Miliar

Industri: Makanan & Minuman

Lokasi: Thailand

Generasi: 2

Chaleo Yoovidhya mendirikan T.C. Pharmaceutical pada tahun 1956 untuk menjual obat-obatan. Kemudian, bisnisnya berkembang ke produk konsumen.

Pada tahun 1975, Chaleo menciptakan minuman energi yang disebut Krating Daeng.

Dietrich Mateschitz, pemasar Austria, menemukan minuman tersebut selama perjalanan bisnis ke Asia dan bersama Chaleo mengubah resepnya untuk memasarkan Red Bull secara global.

7. Nama: Jindal

Perusahaan: OP Jindal Group

Kekayaan: US$27,6 Miliar

Industri: Industri

Lokasi: India

Generasi: 3

Om Prakash Jindal memulai pabrik baja satu unit pada tahun 1952 dan mengembangkannya menjadi OP Jindal Group, konglomerat yang mencakup sektor-sektor mulai dari baja hingga energi, semen, dan olahraga.

Saat Om Prakash meninggal pada 2005, istrinya Savitri mengambil alih sebagai ketua grup, dengan empat putra mereka mengelola bisnis-bisnis tersebut.

8. Nama: Tsai

Perusahaan: Cathay Financial, Fubon Financial

Kekayaan: US$24 Miliar

Industri: Keuangan

Lokasi: Taiwan

Generasi: 3

Bersaudara Tsai mendirikan Cathay Life Insurance pada tahun 1962. Pada tahun 1979, keluarga memutuskan untuk membagi bisnis tersebut. Tsai Wan-lin mengambil alih Cathay Life Insurance, sementara Tsai Wan-tsai mengendalikan Cathay Insurance yang kemudian berganti nama menjadi Fubon Insurance.

Keluarga sekarang memiliki saham di dua perusahaan induk keuangan besar di Taiwan dan telah diversifikasi ke sektor-sektor termasuk properti dan telekomunikasi.

9. Nama: Cheng

Perusahaan: New World, Chow Tai Fook

Kekayaan: US$23,6 Miliar

Industri: Properti, Perhiasan

Lokasi: Hong Kong

Generasi: 4

Kekayaan keluarga Cheng dimulai dengan Chow Tai Fook Jewellery, perhiasan berbasis di Hong Kong, yang didirikan pada tahun 1929.

Keluarga juga mengendalikan New World Development, salah satu perusahaan properti dan infrastruktur terbesar di kota tersebut.

10. Nama: Birla

Perusahaan: Aditya Birla Group

Kekayaan: US$21,8 Miliar

Industri: Konglomerat

Lokasi: India

Generasi: 7

Aditya Birla Group adalah salah satu bisnis keluarga tertua di India, dengan kepentingan di berbagai industri termasuk logam, layanan keuangan, dan ritel.

Dimulai sebagai perusahaan perdagangan kapas pada abad ke-19, Ghanshyam Das Birla kemudian menciptakan salah satu produsen aluminium terbesar di India.

Kumar Mangalam Birla, cicitnya, sekarang menjabat sebagai ketua bisnis tersebut.

11. Nama: Pao/Woo

Perusahaan: BW Group, Wheelock

Kekayaan: US$20,7 Miliar

Industri: Pengiriman, Properti

Lokasi: Hong Kong

Generasi: 3

Pao Yue-kong memulai bisnis pengiriman saat membeli kapal pertamanya, Golden Alpha, pada tahun 1955. Pada tahun 1979, perusahaannya memiliki lebih dari 200 kapal, menjadikannya armada pengiriman curah terbesar yang dimiliki secara independen di dunia saat itu.

Pao mulai mendiversifikasi ke bisnis properti menggunakan hasil penjualan kapal. Saat dirinya meninggal, bisnis diwarisi kepada keluarganya. Kini, sebagian besar kekayaan keluarga ini berasal dari pengembang properti Hong Kong, Wheelock, yang diambil alih secara pribadi pada tahun 2020.

12. Nama: Lee

Perusahaan: Samsung

Kekayaan: US$18,2 Miliar

Industri: Teknologi

Lokasi: Korea Selatan

Generasi: 3

Lee Byung-chull mendirikan Samsung pada tahun 1938 sebagai perusahaan perdagangan yang mengekspor buah-buahan, sayuran, dan ikan. Dia memasuki industri teknologi dengan mendirikan Samsung Electronics pada tahun 1969. Kini, bisnis telah diwarisi kepada keluarganya.

13. Nama: Bajaj

Perusahaan: Bajaj Group

Kekayaan: US$17,1 Miliar

Industri: Konglomerat

Lokasi: India

Generasi: 4

Jamnalal Bajaj, yang dikenal sebagai "putra kelima" Mahatma Gandhi, mendirikan Bajaj Group pada tahun 1926. Putranya, Kamalnayan, memulai Bajaj Auto dan memperluas bisnis ke sektor-sektor baru, termasuk semen dan peralatan listrik.

14. Nama: Kwek/Quek

Perusahaan: Hong Leong Group

Kekayaan: US$16 Miliar

Industri: Properti

Lokasi: Singapura, Malaysia

Generasi: 3

Kwek Hong Png dan tiga saudaranya mendirikan Hong Leong di Singapura pada tahun 1941. Putra tertuanya, Kwek Leng Beng, menjalankan operasi di Singapura yang mencakup pengembangan properti, perhotelan, dan keuangan.

15. Nama: Sy

Perusahaan: SM Investments

Kekayaan: US$16 Miliar

Industri: Konglomerat

Lokasi: Filipina

Generasi: 3

Henry Sy lahir di Tiongkok dan berimigrasi ke Filipina pada usia 12. Ia membantu ayahnya menjual beras, sarden, dan sabun sebelum membuka toko sepatunya pada tahun 1958.

Dari sebuah toko kecil di pusat kota Manila, bisnisnya berkembang menjadi konglomerat dengan minat di ritel, perbankan, dan properti. Saat ini, grup tersebut mengelola ribuan toko ritel dan cabang perbankan.

16. Nama: Kadoorie

Perusahaan: CLP Holdings

Kekayaan: US$15,4 Miliar

Industri: Pasokan Energi

Lokasi: Hong Kong

Generasi: 4

Elly Kadoorie dan saudara laki-lakinya mendirikan perusahaan pialang dan mengumpulkan saham di bidang perbankan, properti, dan pembangkit listrik.

Investasi utama melibatkan CLP Holdings, penyedia listrik untuk Kowloon dan New Territories, serta Hongkong & Shanghai Hotels, kelompok yang memiliki jaringan hotel Peninsula. 

17. Nama: Lee

Perusahaan: Lee Kum Kee

Kekayaan: US$14,3 Miliar

Industri: Ritel

Lokasi: Hong Kong

Generasi: 5

18. Nama: Chirathivat

Perusahaan: Central Group

Kekayaan: US$14,2 Miliar

Industri: Konglomerat

Lokasi: Thailand

Generasi: 4

Keluarga Chirathivat mengendalikan Central Group, salah satu konglomerat komersial pribadi terbesar di Thailand dengan lebih dari 50 anak perusahaan.

19. Nama: Hinduja

Perusahaan: Hinduja Group

Kekayaan: $13.9 Miliar

Industri: Keuangan, Properti

Lokasi: India

Generasi: 4 

Hinduja Group saat ini memiliki bisnis di berbagai industri seperti energi, otomotif, keuangan, dan perawatan kesehatan.

20. Nama: Torii/Saji

Perusahaan: Suntory

Kekayaan: $13.3 Miliar

Industri: Makanan & Minuman

Lokasi: Jepang

Generasi: 4

Di bawah kepemimpinan Keizo Saji, yang menjadi presiden pada tahun 1961, Suntory telah menjadi konglomerat multibillion-dollar dengan minat yang melibatkan minuman beralkohol hingga makanan sehat.

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper