Bisnis.com, JAKARTA — Dana Pensiun Bank Central Asia atau Dapen BCA berencana meningkatkan porsi investasi saham dalam portofolionya menjadi sekitar 5,5% pada tahun ini.
Kenaikan itu dilakukan secara selektif dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan kebutuhan likuiditas jangka pendek. Direktur Utama Dapen BCA Budi Sutrisno mengatakan bahwa meskipun porsi saham dalam portofolio saat ini masih relatif kecil, pihaknya akan mulai meningkatkan alokasi secara bertahap dengan fokus pada emiten-emiten yang memiliki fundamental kuat.
“Kami selektif dalam penambahan saham terutama untuk saham yang emitennya secara fundamental baik. Saat ini saham di 3,47%, kami akan meningkatkan menjadi di kisaran 5,5% dengan tetap memperhatikan kondisi likuiditas kami mengingat kebutuhan pembayaran klaim manfaat pensiun untuk tiga tahun ke depan cukup banyak dan secara bertahap jumlahnya naik sesuai umur kepesertaan karyawan kami,” kata Budi kepada Bisnis pada Selasa (15/4/2025).
Kondisi pasar global yang masih dibayangi ketidakpastian, terutama akibat kebijakan proteksionisme seperti tarif impor dari Presiden AS Donald Trump, membuat Dapen BCA tetap mempertahankan pendekatan konservatif dalam pengelolaan investasi.
“Strategi Dapen BCA dalam menghadapi tekanan pasar akibat kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump tetap bersifat konservatif, mengingat porsi saham dalam portofolio kami relatif kecil. Oleh karena itu, fluktuasi pasar saham global tidak secara signifikan mempengaruhi keseluruhan kinerja investasi,” lanjutnya.
Meskipun demikian, pemantauan pasar dilakukan secara rutin. Dalam kondisi pasar yang fluktuatif, Dapen BCA tetap mengutamakan fleksibilitas dengan memperbesar alokasi pada instrumen yang mudah dicairkan.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa secara keseluruhan tidak ada perubahan signifikan dalam kebijakan alokasi aset. Namun, dalam pemilihan saham, pihaknya tetap selektif dan mengedepankan emiten-emiten dengan fundamental yang kuat dan likuiditas yang baik. Selain itu, diversifikasi sektor tetap menjadi pertimbangan, tetapi dalam skala yang terbatas.
“Fokus utama saat ini adalah menjaga kestabilan portofolio melalui alokasi yang lebih besar ke instrumen berisiko rendah dan jangka pendek, seperti deposito dan SBN [Surat Berharga Negara] tenor pendek, untuk menjaga likuiditas dan mengantisipasi volatilitas pasar,” tutup Budi.