Bisnis.com, JAKARTA — Sederet bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) hingga PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) kerap disebut paling royal membagikan dividen seiring dengan lompatan laba bersih sepanjang 2023. Lantas, siapa yang akan menebar dividen paling royal tahun ini?
CEO Jooara Rencana Keuangan Gembong Suwito CSA CFP menilai prospek atas pembagian dividend yield bank jumbo Tanah Air sangat baik, terutama di bank BUMN, seperti BBRI, BBNI, dan BMRI.
“Secara umum Bank BUMN yang pengendalinya pemerintah akan memberikan dividen yang lebih tinggi kisaran 4%-6% tahun buku 2023,” katanya pada Bisnis, Senin (5/2/2024).
Sementara itu, untuk perbankan swasta nasional terbesar yaitu PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dirinya memprediksi dividend yield perseroan berada di kisaran 3%-4%
“Capaian laba BCA naik 19% menjadi Rp48,6 triliun, Earnings per Share [EPS] dari 330 menjadi 395. Lalu, DPS [dividend per share] tahun 2022 kemarin di 205 alias 62,12%. Tentunya tahun 2023 DPS-nya lebih tinggi dengan range 230-250,” ucapnya.
Baca Juga
Di sisi lain, mengutip riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dividen dari sektor keuangan menunjukkan pertumbuhan tertinggi secara tahunan yang berasal dari pertumbuhan pendapatan yang kuat.
Meskipun terdapat peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang membatasi pembagian dividen perbankan, akan tetapi pihaknya yakin bahwa sebagian besar bank akan mempertahankan kebijakan dividennya.
Hal ini, mengingat posisi permodalan yang besar. Tercatat, rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) perbankan tercatat sebesar 27,89% per November 2023.
Adapun, dari segi yield, Handiman Soetoyo dan Abyan H. Yuntoharjo memprediksi BBRI, BMRI dan BBNI bakal menawarkan yield untuk para pemegang saham masing-masing 4,2%, 5,1% dan 5,1% untuk tahun ini.
Bahkan, menurut pihaknya rasio yield dari bank pelat merah bakal terus meningkat, bahkan berpotensi memberikan imbal hasil dividen di atas 5% ke depannya.
Mengingat, pemerintah telah menargetkan dividen sebesar Rp85,8 triliun dari BUMN pada APBN 2024, lebih tinggi 4,5% dibandingkan realisasi dividen yang diterima pada tahun 2023 sebesar Rp82,1 triliun.
“Dividen dari bank-bank BUMN sangat penting, kami yakin bank-bank BUMN akan terus memberikan dividen yang menggiurkan kepada pemegang sahamnya,” demikian isi riset tersebut
Senada, bila merujuk laporan bertajuk Equity Market Outlook 2024 dividend yield bank BUMN bakal memimpin dalam pemberian imbal hasil yang lebih royal pada Tahun Buku 2023.
Di mana BBRI diprediksi memberikan dividen yield sebesar 5,5%, lalu BMRI sebesar 3,6% dan BBNI mencapai 3,8%. Sementara, BBCA diprediksi memberikan dividen yield sebesar 1,8% pada investornya untuk tahun ini.
Berikut sinyal dan historis tebaran dividen BBRI, BBNI, BMRI, dan BBCA:
BBRI
Sejumlah bank jumbo milik BUMN diketahui terus menebar dividen yang tebal. Hal ini diamini oleh Direktur Utama BRI (BBRI) Sunarso yang bakal membagikan dividen jumbo untuk tahun ini.
"Mayoritas laba [BRI] pada akhirnya kembali ke negara sebagai pemegang saham mayoritas untuk selanjutnya dipakai untuk kepentingan rakyat melalui berbagai program pemerintah," ungkap Sunarso dalam Paparan Kinerja 2023, Rabu (31/1/2024).
Setidaknya, saat ini BRI mengumumkan meraih laba bersih konsolidasi Rp60,43 triliun sepanjang 2023. Capaian laba tersebut melonjak 17,55% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp51,41 triliun.
Sebagai informasi, tebaran dividen tunai BRI menjadi yang terbesar di antara emiten perbankan lainnya. Apabila berkaca dalam lima tahun terakhir, tebaran dividen BRI juga terus meningkat.
Tercatat, jika dibandingkan dengan rasio dividen pada 2018, yakni sebesar 49%, maka terjadi peningkatan rasio tebaran dividen 36 basis poin (bps) di BRI hingga mencapai 85% pada tahun buku 2022.
Di mana, khusus kepada pemerintah selaku pemegang saham pengendali, BRI membagikan dividen senilai Rp23 triliun. Hal ini sejalan dengan laba BRI yang juga besar yakni Rp51,4 triliun pada tahun buku 2022.
BBNI
Sinyal terang bahwa pesta cuan masih akan berlanjut datang dari BNI. Melansir dari Ciptadana Sekuritas, BNI membuka ruang untuk rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi yaitu sebesar 50%, dibandingkan dividend payout ratio historisnya sebesar 20-30%. Hal ini dimungkinkan karena CAR berada pada level yang sehat yaitu 19% pada kuartal II/2023.
Direktur Human Capital & Compliance BNI Mucharom menyampaikan bahwa pada tahun ini, BNI masih berupaya untuk memberikan imbal hasil yang optimal bagi pemegang sahamnya.
“Tingginya rasio kecukupan permodalan juga memberikan BNI kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ekspansi bisnis dan investasi BNI Group, serta ruang untuk pembagian dividen yang atraktif,” katanya beberapa waktu lalu, (27/11/2023).
Adapun, secara konsolidasi BNI mencatatkan laba bersih sepanjang 2023 mencapai Rp21,11 triliun atau naik 14,2% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp18,48 triliun sepanjang 2022.
BMRI
Bank Mandiri tercatat telah menyetor dividen senilai Rp12,84 triliun kepada pemerintah selaku pemegang saham pengendali pada 2023. Setoran dividen itu berasal dari laba pada tahun buku 2022 sebesar Rp41,2 triliun.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan terkait dividend payout ratio tahun buku 2023 bakal menjadi kewenangan pemegang saham mayoritas.
“Namun, sejak empat tahun terakhir, BMRI membagikan dividend payout ratio sebesar 60% dari laba,” ujarnya pada Bisnis, beberapa waktu lalu (15/1/2024).
Adapun, sejauh ini Bank Mandiri telah meraup laba bersih konsolidasi Rp55,1 triliun sepanjang 2023. Capaian laba ini melonjak 33,7%.
BBCA
Emiten milik Grup Djarum yang mengantongi laba Rp48,6 triliun sepanjang 2023, naik 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) memang kerap membagikan dividen sebanyak dua kali untuk satu periode tahun buku keuangan sejak 2004.
Pertama, BBCA membagikan dalam bentuk dividen interim yang biasanya diumumkan pada rentang September hingga Desember. Kedua, dividen final yang diputuskan melalui rapat umum pemegang saham tahunan.
Kendati, potensi yield dari emiten ini berpeluang kalah dari BMRI, BBNI dan BBRI, akan tetapi Ciptadana Sekuritas memberikan rating positif untuk BBCA. Di mana, perseroan diproyeksikan mencapai pertumbuhan pinjaman yang agresif berkat likuiditas yang besar.
Tercatat, BBCA juga memiliki biaya dana alias cost of fund terendah dibandingkan dengan para pesaingnya.
Biaya dana yang rendah dapat menjadi keuntungan kompetitif karena memungkinkan bank untuk menetapkan suku bunga pinjaman yang lebih rendah, yang pada gilirannya dapat menarik lebih banyak peminjam dan membantu bank mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar dalam pemberian kredit.
“Rekomendasi tetap untuk memegang posisi Buy pada saham BBCA, dengan target harga sebesar Rp10.300 per saham,” tulis analis Erni Marsella Siahaan yang dikutip, Senin (5/2/2024)