Bisnis.com, JAKARTA - Simpanan nasabah di industri perbankan mengalami tren lesu pada 2023. Sejumlah bank jumbo seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) pun telah berupaya mendongkrak raupan simpanan nasabah di tengah sederet tantangan.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan sepanjang 2023, industri perbankan memang mengalami kondisi likuiditas ketat.
"Tercermin dari DPK [dana pihak ketiga] di industri yang hanya tumbuh 3,8%, sementara kredit tumbuh 10,3%," ujarnya dalam paparan kinerja pada beberapa waktu lalu.
Kondisi tersebut menurutnya membuat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) perbankan mengetat. Biaya dana (cost of fund) perbankan pun naik 73 basis poin (bps) ke level 2,43%.
Sepanjang 2023, pertumbuhan DPK memang lesu. Nilai DPK per Desember 2023 yang tumbuh hanya 3,8% secara tahunan (year on year/yoy) melambat, dibandingkan pertumbuhan DPK pada Desember 2022 yang masih bisa tumbuh di level 9,3%.
Sementara itu, apabila ditarik dalam satu dasawarsa terakhir, sejak 2014 hingga 2023 pertumbuhan DPK paling seret terjadi pada akhir 2023.
Baca Juga
Pada 2014, pertumbuhan DPK tergolong pesat yakni 12%. Pertumbuhannya melambat setahun setelahnya menjadi 8%.
DPK kembali tumbuh pesat pada saat pandemi Covid-19 di medio 2020, 2021, dan 2022, masing-masing tumbuh 11,3%, 12,1%, dan 9,3%.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pertumbuhan DPK pada 2023 awalnya dianggap akan kembali ke normal karena ada adjustment. Akan tetapi, pada kenyataannya DPK hanya tumbuh 3,8%.
"Ada beberapa hal yang menyebabkan DPK melambat, sebagian dana dipakai ekspansi," tuturnya.
Selain itu, ada dampak dari unintended contruction policy atau kebijakan konstruksi yang tidak diinginkan, entah dari fiskal maupun moneter, yang membuat DPK melambat.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan pada 2023 laju DPK perbankan memang mengalami tren perlambatan.
"Akan tetapi itu make sense. Jadi, selama Covid-19 kan semua industri dan perseorangan menaruh duit di bank, tidak bisa ekspansi. Karena Covid-19 sudah dicabut ekonomi bergeliat, duit tadinya ditaruh di bank pastinya diambil," ujarnya dalam wawancara khusus dengan Bisnis Indonesia pada beberapa waktu lalu.
Raupan Simpanan Bank Jumbo
Di tengah kondisi seretnya raupan simpanan industri, bank-bank jumbo telah berupaya mendongkrak raupan DPK pada 2023. Bank Mandiri masih mencatatkan pertumbuhan DPK 5,78% yoy menjadi Rp1.577 triliun pada 2023.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan pertumbuhan DPK ini didorong oleh peningkatan dana murah (current account saving account/CASA) sebesar 7,05% yoy, yang ditopang oleh pertumbuhan giro sebesar 7,92% yoy menjadi Rp585 triliun dan tabungan yang meningkat 6,19% yoy menjadi Rp587 triliun.
Pertumbuhan tersebut pun turut mendorong komposisi dana murah yang terus meningkat mencapai 74,3%, serta berkontribusi menjaga biaya dana di level 1,75%.
“Peningkatan dana murah tidak terlepas dari inisiatif digital Bank Mandiri di sepanjang tahun 2023," tutur Darmawan.
Kemudian, BCA mencatatkan pertumbuhan DPK 6% menjadi Rp1.101,7 triliun pada 2023. BCA membukukan raupan CASA Rp884,6 triliun dengan porsi 80,3% terhadap DPK.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) membukukan DPK Rp1.307,88 triliun pada 2023, naik 3,9% yoy. BRI memperoleh CASA Rp872,4 triliun dengan porsi 64,35% terhadap DPK.
Selain itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan DPK sebesar Rp810,73 triliun, tumbuh 5,4% yoy. Raupan dana murah di BNI mencapai Rp577,47 triliun dengan porsi 71,2% terhadap DPK.
"Tren kenaikan suku bunga acuan mempengaruhi biaya bunga dana yang memang tengah mengalami tren peningkatan dan fenomena ini terjadi merata di industri perbankan. Namun, di tengah kondisi tersebut, CoF dapat dijaga di kisaran 2,2%, secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi di atas 3%," kata Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini.
Apabila dibandingkan, Bank Mandiri menjadi bank peraih simpanan nasabah terbesar di Indonesia sepanjang 2023 dengan nilai DPK mencapai Rp1.577 triliun.
Namun, pertumbuhan DPK Bank Mandiri kalah dibandingkan BCA yang mencatatkan peningkatan DPK 6% yoy. BCA juga tetap menjadi bank yang memiliki porsi dana murah terbesar di Indonesia yakni 80,3% pada 2023.