Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simpanan Nasabah Melambat, Tekanan Likuiditas Hantui Bank Kecil?

Kinerja intermediasi perbankan nampak makin ketat lantaran laju pertumbuhan simpanan bergerak lebih rendah dari kredit.
Nasabah mencari informasi simpanan di kantor cabang Bank Raya yang merupakan bank peserta penjaminan LPS di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Nasabah mencari informasi simpanan di kantor cabang Bank Raya yang merupakan bank peserta penjaminan LPS di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -  Kinerja intermediasi perbankan nampak makin ketat lantaran laju pertumbuhan simpanan bergerak lebih rendah dari kredit. Lantas, seperti apa kondisi likuiditas bank menengah dan kecil Tanah Air?

Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), dana pihak ketiga (DPK) perbankan hanya tumbuh 3,8% pada Desember 2023 secara tahunan (year on year/yoy), sedangkan kredit masih melaju pada level 10,3%.

PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC) sendiri melaporkan bahwa kondisi likuiditas bank perseroan cukup memadai.

Corporate Secretary BVIC Caprie Ardira menyebut rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit/LDR) sesuai dengan fungsi intermediasi bank yang berkisar antara 83-86%.

LDR sendiri menunjukkan kondisi atau tingkat likuiditas suatu bank. Semakin tinggi LDR bank, maka semakin ketat likuditasnya. Sebaliknya, semakin kecil LDR, maka semakin longgar likuiditas bank. Adapun Bank Indonesia (BI) menetapkan posisi ideal LDR berada pada level 78 – 92%

“Dengan sebagian excess likuiditas diinvestasikan ke instrumen surat-surat berharga untuk memaksimalkan return bank,” ujarnya pada Bisnis yang dikutip Senin, (22/1/2024). 

Sebelumnya, Caprie menuturkan dalam menjaga stabilitas likuiditas adalah mengantisipasinya dengan menerbitkan instrumen simpanan berjangka panjang seperti Negotiable Certificate of Deposit (NCD) dan mendiversifikasi portofolio funding Bank ke segmen retail dengan tenor yang lebih panjang 3-6 bulan sambil menyesuaikan suku bunga simpanan mengikuti tren pasar. 

Selain itu Bank melakukan pemantauan posisi likuiditas secara terus menerus sehingga dapat segera mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan,” katanya. 

Tak hanya itu, geliat bank dengan modal inti kurang dari Rp6 triliun juga ditunjukkan oleh PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) yang melaporkan bahwa saat ini kondisi likuiditas cukup baik. Adapun, cara mengoptimalkan adalah menyeimbangkan DPK dengan ekspansi kredit

Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah menyebut perseroan menargetkan pertumbuhan DPK sebesar kurang lebih 25% dari realisasi 2023. Tercatat, raupan simpanan nasabah bank pada kuartal III/2023 mencapai Rp6,13 triliun, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp5,63 triliun.

Sehingga, ada sejumlah strategi yang perseroan lakukan dalam menarik simpanan dana masyarakat. Pertama, dengan akuisisi dan pertumbuhan dana. Kedua, melalui penawaran program-program yang ditujukan bagi nasabah loyal. 

Ketiga, promosi dan branding. Hal ini misalnya menyasar golongan affluent, peningkatan fitur produk-produk pendanaan, program-program pendanaan jangka pendek,” ujarnya pada Bisnis  beberapa waktu lalu. 

Dari kelompok KBMI II, PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) juga mencatat rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masih sangat sehat. 

Corporate Relation Department Head Adi Pribadi menyebut indikator seperti AL/NCD dan AL/DPK masing-masing terus stabil diatas 250% dan 35%.

PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) juga terus memastikan bahwa Perseroan selalu memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo. 

Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama Bank Neo Aditya Windarwo mengatakan Penting bagi Perseroan untuk dapat mengelola risiko likuiditasnya dengan baik. Hal inilah yang membuat BNC memastikan untuk membangun manajemen dan pengelolaan yang efektif dalam menjaga likuiditas bank.

"Untuk saat ini, secara bankwide, likuiditas BNC masih terjaga dengan sangat baik karena rasionya masih berada di atas threshold yang ditetapkan oleh regulator," katanya pada Bisnis, Minggu (21/1/2024). 

Terkait penempatan dana, perseroan juga menempatkan dananya di instrumen-instrumen yang likuid, seperti instrumen investasi yang dikeluarkan Bank Indonesia, dan juga obligasi pemerintah.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan pun menyebut hal ini bukanlah suatu kekhawatiran. 

“Saat ini melihat dari rasio-rasio likuiditas perbankan nasional terlihat masih relatif aman dan perbankan kita juga masih sehat dan menunjukkan pertumbuhan,” katanya pada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper