Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan industri perbankan Tanah Air per November 2023 resilien dan berdaya saing di tengah potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Namun, tak bisa dipungkiri himpunan dana pihak ketiga (DPK) atau simpanan perbankan RI di penghujung 2023 justru susut.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebut didukung tingkat profitabilitas (ROA) dan permodalan (CAR) yang relatif tinggi masing-masing sebesar 2,73% dan 27,89%.
“Dari segi kinerja intermediasi per November 2023, secara year on year tumbuh Rp618,43 triliun atau 9,74% menjadi Rp6.965,90 triliun, sementara Oktober 8,99% year-on-year,” ujarnya dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Desember 2023, Selasa (9/1/2023)
Namun, di sisi lain, pertumbuhan DPK pada November 2023 tercatat hanya sebesar 3,04% yoy, melambat dari bulan sebelumnya Oktober 2023 yang sebesar 3,43% yoy, dengan deposito menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 3,50%
Dian menyebut ada sejumlah hal yang mempengaruhi perlambatan DPK di antaranya, DPK yang tinggi pada masa pandemi yang mengakibatkan high based effect pada pertumbuhan DPK setelahnya.
“Lalu, penggunaan dana internal untuk operasional dan ekspansi perusahaan serta konsumsi masyarakat yang meningkat dengan berakhirnya status pandemi serta dampak makin banyakya alternatif instrumen penempatan dana selain DPK,” ujarnya.
Baca Juga
Meski DPK melambat, OJK menyebut likuiditas industri perbankan pada November 2023, memadai dengan rasio-rasio likuditas jauh di atas level kebutuhan pengawasan.
Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing naik menjadi 115,73% dan 26,04%, atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,75%, dibanding Oktober sebesar 0,77% dan NPL gross sebesar 2,36%, sebelumnya Oktober 2,42% dan September sebesar 2,43%.
Seiring pertumbuhan perekonomian nasional, jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 melanjutkan tren penurunan menjadi sebesar Rp285,32 triliun, dibandingkan dengan Oktober Rp301,16 triliun atau turun Rp15,84 triliun, dengan jumlah nasabah tercatat sebanyak 1,14 juta nasabah atau berkurang 80.000 nasabah dibanding Oktober 2023.
Menurunnya jumlah kredit restrukturisasi berdampak positif bagi penurunan rasio Loan at Risk menjadi 11,61% dari Oktober 11,81%.
Adapun jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 yang bersifat targeted (segmen, sektor, industri dan daerah tertentu yang memerlukan periode restrukturisasi kredit/pembiayaan tambahan selama satu tahun sampai 31 Maret 2024) adalah 42,5% dari total porsi restrukturisasi Covid-19 Rp265,32 trilun.
Di sisi risiko pasar, kenaikan yield di Oktober berdampak pada portfolio perbankan, dengan Posisi Devisa Neto (PDN) perbankan tercatat penurunan 1,58% dari sebelumnya di level 1,92% masih jauh di bawah threshold 20%
OJK juga telah menerima rencana bisnis bank (RBB) 2024 dan 2026, yang berisi proyeksi pertumbuhan kredit, DPK, rencanapenerbitan produk dan aktivitas baru perbankan hingga infrastruktur teknologi untuk meningkatkan layanan digital perbankan
“OJK seperti biasa akan melakukan prudential meeting dengan masing-masing bank, agar kontribusi perbankan bagi perekonomian nasional semakin meningkat, sehingga stabilitas sistem keuangan tetap terjaga,” tutupnya.