Bisnis.com, JAKARTA – Porsi outstanding pembiayaan fintech P2P lending atau pinjaman online per Maret 2025 turun. Kondisi ini disebut tak lepas dari situasi ekonomi yang sedang lesu, membuat potensi gagal bayar pinjaman produktif meningkat dan membuat segmen ini kurang dilirik.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengatakan ketika ekonomi sedang tidak baik-baik saja, risiko gagal bayar terutama dalam pembiayaan ke sektor produktif akan meningkat.
"Ketika usaha sedang turun permintaan, kasus gagal bayar akan meningkat. Risiko ini yang membuat lender akan berhati-hati dalam menyalurkan pendanaannya. Lender pasti penuh perhitungan akan risiko gagal bayar," kata Huda, Kamis (15/5/2025).
Selain faktor tersebut, Huda juga menyoroti bunga pinjaman sektor produktif lebih rendah dibanding sektor konsumtif. Hal ini menurutnya membuat perusahaan fintech P2P lending lebih tertarik mendanai sektor konsumtif.
Sementara di sisi lain, industri fintech P2P lending dituntut meningkatkan pembiayaan sektor produktif. Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) 2023–2028 menargetkan porsi pembiayaan fintech P2P lending kepada sektor produktif/UMKM bisa mencapai 50-70% pada 2027-2028.
Realisasinya, per Maret 2025 outstanding pembiayaan fintech P2P lending ke segmen produktif/UMKM mencapai Rp18,09 triliun, atau cuma 35,10% dari total outstanding pembiayaan. Porsinya tersebut bahkan mengalami penurunan dibanding periode Januari dan Februari 2025.
Baca Juga
"Jika kondisi ekonomi terus seperti ini, saya ragu proporsi penyaluran sektor produktif mencapai 50-70% di 2028. Sangat sulit tercapai," tegasnya.
Menimbang semua variabel yang menjadi tantangan tersebut, Huda menilai perbaikan dalam penyaluran di sektor produktif menjadi kunci untuk meningkatakan pembiayaan di segmen ini. Perbaikan tersebut mencakup perbaikan dalam credit scoring hingga pengawasan terhadap borrower.
"Ketika risiko rendah, saya rasa akan meningkatkan rasa percaya terhadap industri. Ketika percaya, penyaluran pembiayaan akan meningkat," ujarnya.
Huda mengatakan sebenarnya permintaan di sektor produktif sangat menarik, terutama untuk perbankan di mana perbankan mendapatkan bunga investasi yang relatif tinggi dan tidak melakukan assesment terhadap calon borrower mereka.
"Maka dari itu, terjadi peningkatan share lender institusi perbankan terhadap total penyaluran dana [P2P lending]," pungkasnya.