Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah bank asing telah menjual sebagian lini bisnisnya di pasar Indonesia. Meski begitu, pakar menilai prospek kinerja bank asing tahun ini bakal moncer tahun ini.
Mengacu data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per November 2023, bank asing atau kantor cabang bank luar negeri memiliki total aset mencapai Rp559,9 triliun, naik 4,35% dari periode tahun lalu yang sebesar Rp536,6 triliun
Pada periode yang sama, penyaluran kredit bank asing mencapai Rp169,45 triliun, susut 8,96% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp186,12 triliun. Seiring susutnya kredit, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) mengalami perbaikan dan berada di level 1,46%, turun 17 basis poin (bps) dari 1,63%
Begitu juga dari sisi pendanaan, bank asing meraup Rp245,65 triliun, turun 6,88% dari Rp263,79 triliun pada November 2022.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan prospek bisnis bank asing masih sangatlah bagus pada 2024, mengingat mereka masih memiliki institutional banking, corporate banking, komersial, serta treasury.
“Masih tingginya suku bunga tentu memberikan pengaruh, tapi tidak terlalu besar, karena bisnis consumer banking sendiri tidak signifikan memberikan profit ke bank asing,” ucapnya pada Bisnis, Senin (5/2/2024).
Baca Juga
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae yeng menyebut secara keseluruhan, bank asing di Indonesia menunjukkan pemulihan yang solid pascapandemi dengan fondasi yang kokoh.
“Ketahanan likuiditas dan permodalan bank asing tergolong baik, dengan rasio LDR yang melebihi 100%, dipengaruhi oleh sumber dana yang mencakup modal dan dana dari luar negeri,” katanya dalam keterangan tertulis yang dikutip Senin (5/2/2024).
Lebih lanjut, rentabilitas pada bank asing menunjukkan tren perbaikan, terutama didukung oleh pendapatan treasury. Kata Dian, proposisi bank asing sebagai lembaga dengan jaringan global tetap menjadi nilai tambah, terutama bagi nasabah segmen institutional dan corporate.
“Oleh karena itu, pergeseran fokus bisnis bank asing mencerminkan strategi adaptasi atas kondisi pasar serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan perbankan yang mereka tawarkan di Indonesia,” ujar Dian.
Siasat Bank Asing Tanah Air Pacu Bisnis di RI
Salah satu pemain bank asing, yaitu Citi Indonesia yang telah sepenuhnya menggarap segmen institusi akan terus memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, khususnya dalam meningkatkan pertumbuhan kredit yang berkelanjutan.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan tahun ini pihaknya juga akan terus menambah jumlah nasabah institusi melalui pendanaan di Giro & Deposito berjangka
”Dari sisi operasional, kami terus menyederhanakan proses, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, meninjau dan mengidentifikasi sinergi antar tim,” ucapnya pada Bisnis, Senin (5/2/2024).
Adapun, Batara menyebut tantangan utama yang bakal dihadapi Citi Indonesia tahun ini terkait perlambatan ekonomi global yang diproyeksikan oleh IMF akan ada di kisaran 2,4% turun dari proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 3%.
CEO Citibank Indonesia Batara Sianturi/Bisnis-Arlina Laras
Di samping itu, ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia juga masih akan mempengaruhi sentimen ketidakpastian.
Tak hanya itu, Batara menyebut akan ada 40 negara yang menjalankan pemilihan umum 2024, di mana sembilan di antaranya mewakili lebih dari 50% PDB dunia.
“Kestabilan dan keamanan pemilu di berbagai belahan dunia tersebut tentunya menjadi harapan investor, agar tidak semakin meningkatkan ketidakpastian di perekonomian dunia,” ucapnya.
Terkait target, Citibank masih membidik pertumbuhan yang sehat dari sisi pertumbuhan laba dan kredit pada segmen utama, yaitu corporate bank dan commercial bank.
Tercatat, Citibank membukukan laba bersih sebesar Rp1,66 triliun pada kuartal III/2023, naik 45,6% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun lalu Rp1,14 triliun.
Selanjutnya, dari sisi intermediasi, penyaluran kredit Citibank Indonesia menjadi Rp42,88 triliun, naik 11,76% dari yang sebelumnya Rp38,37 triliun.