Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan minat investasi dari korporasi asing seperti Korea Selatan dan Jepang kian tinggi di perbankan Indonesia pada tahun ini. Korporasi asing berancang-ancang menjalankan aksi akuisisi hingga mempertebal modal bank di RI.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan salah satu langkah investasi korporasi asing di Indonesia bisa dilakukan dengan akuisisi.
"Minat akuisisi ini masih besar," kata Dian setelah acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) pada Selasa (20/2/2024).
Bahkan, menurutnya pangsa pasar yang ditinggalkan oleh kantor cabang bank asing di Indonesia bisa diambil alih oleh bank-bank besutan investor Asia.
Salah satu contoh, unit usaha dari Commonwealth Bank of Australia (CBA) di Indonesia, yakni PT Bank Commonwealth siap diambil alih oleh PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP). Adapun, NISP merupakan bank besutan investor Singapura, yakni OCBC Bank.
Selain minat akuisisi, investor asing pun akan berupaya mempertebal modal perbankan di Indonesia. Upaya mempertebal modal ini dilakukan untuk tujuan ekspansi memperbesar pasar bank-bank besutan asing di Indonesia.
Baca Juga
"Itu sudah jadi komitmen pemegang saham," ujar Dian.
Dalam konteks, pada tahun lalu sejumlah investor asing rajin menyuntikan permodalan melalui skema right issue terhadap bank-bank di Indonesia. Industrial Bank of Korea yang mengendalikan PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) menyuntikkan dana setoran modal senilai Rp1 triliun pada tahun lalu.
PT KB Bukopin Tbk. (BBKP) juga telah mendapatkan guyuran modal Rp8,02 triliun dari pengendalinya asal Korea Selatan, KB Kookmin Bank Ltd. pada tahun lalu. Suntikan modal itu menjadi bagian dari keterlibatan KB Kookmin Bank dalam aksi rights issue BBKP sebanyak 119,99 miliar saham baru dengan total nilai transaksi mencapai Rp11,99 triliun.
Tahun ini, bank besutan korporasi keuangan asal Jepang Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), yakni PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) juga bersiap mempertebal modal melalui rights issue sebanyak 3,09 miliar lembar saham.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan minat investor asing dalam berinvestasi ke sektor perbankan di Indonesia didorong oleh potensi untung yang tinggi.
"Ini karena perbankan indonesia menawarkan tingkat keuntungan yang tinggi diperoleh dari NIM [net interest margin] besar," katanya kepada Bisnis.
Sementara, dari sisi pasar, perbankan Indonesia menurutnya masih berkembang. Menurutnya, perbankan RI punya prospek masa depan yang sangat menjanjikan.
Indonesia juga mempunyai jumlah penduduk juga besar dengan bonus demografi. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa masih ada 28 juta penduduk Indonesia yang belum terhubung dengan layanan perbankan atau unbanked.