Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Digital Atur Strategi Hadapi Bunga Tinggi dan Gonjang-ganjing Global

Dalam menghadapi tantangan bisnis pada 2024, seperti bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi global, sejumlah bank digital membeberkan strategi masing-masing.
Arlina Laras, Fahmi Ahmad Burhan
Selasa, 7 Mei 2024 | 10:30
Ilustrasi bank digital./ Dok Freepik
Ilustrasi bank digital./ Dok Freepik

Kinerja Bank Digital

Sederet bank digital di Indonesia juga menunjukkan performa kinerja yang positif di pada awal 2024, tecermin dari pertumbuhan laba bersih, penyaluran kredit, hingga penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). 

Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo menuturkan ini sejalan dengan prediksi pertumbuhan pesat bank digital pada 2024.

“Karena awareness masyarakat atas keberadaan bank digital sudah jauh lebih baik,” ujarnya pada Bisnis, Senin (6/5/2024).

Menurutnya, pertumbuhan bank-bank digital tersebut tidaklah terlepas dari kinerja sang induk grup yang juga berperan dalam pengelolaan strategi bisnis dan operasional bank-bank digital tersebut. 

Bank Digital Atur Strategi Hadapi Bunga Tinggi dan Gonjang-ganjing Global

Nasabah beraktivitas di depan logo PT Bank Jago Tbk. di Jakarta, Kamis (11/1/2024). Bisnis/Abdurachman

Misal, kolaborasi PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dengan GoTo Group. Kemudian, ⁠PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) yang bersinergi dengan BRI Grup. “Allo Bank (BBHI) dengan group CT nya dan BCA Digital (blu) dengan BCA Group,” imbuhnya. 

Akan tetapi, Arianto menurutkan, meski menunjukkan tren positif di kuartal I/2024, kinerja bank digital di Indonesia di sisa tahun ini masih memiliki beberapa potensi risiko yang perlu diwaspadai.

Apalagi, suku bunga nasional dan global yang masih cenderung tinggi, membuat bank digital yang masih dalam tahap awal pengembangan bakal lebih terhadap dampak ini dibanding bank digital yang sudah mapan.

Tak hanya itu, persaingan bank digital juga kian ketat kala bank konvensional mulai mengoptimalkan layanan digital. 

“Keterbatasan infrastruktur di beberapa daerah seperti akses internet yang tidak merata, dapat menghambat penetrasi layanan bank digital,” tuturnya. 

Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan melesatnya kinerja bank digital, lantaran adanya kecenderungan pemain yang mematok suku bunga tinggi dibanding bank konvensional. 

“Lalu kalau ditanya mengapa masih ada bank digital yang membukukan bank kerugian, ya itu biasanya beban operasional masih tinggi, karena ada peningkatan transformasi digital,” ujarnya pada Bisnis.

Ke depan, Amin menyebut untuk bisa terus mempertahankan kinerja, sejumlah bank digital dapat memperbesar ekosistem dan mulai merambah segmen lebih luas. “Akan tetapi, dirinya mewanti-wanti soal lonjakan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL)

"Saat ini, tren NPL akan tinggi, karena adanya gejolak, lalu pengaruh daya beli masyarakat dan potensi inflasi yang meninggi, yang pada akhirnya repayment capacity nasabah berkurang dan bisa menimbulkan NPL,” tutupnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper