Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Standard Chartered Ramal Nasib Pengajuan Kredit di Bank Saat Era Suku Bunga Tinggi Terjadi

BI rate yang naik mencapai level pada era 2016 yakni 6,25% akan menjadi tantangan bagi perbankan untuk meningkaatkan penyaluran kredit.
Ilustrasi penyaluran kredit perbankan./ Dok Freepik
Ilustrasi penyaluran kredit perbankan./ Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) menyebut kinerja kredit masih tetap moncer meski suku bunga dalam tren tinggi.

Suku bunga acuan BI atau BI rate memang telah mengalami tren peningkatan sejak pertengahan 2022. Bahkan, dalam agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024, BI rate naik 25 basis poin (bps) ke level 6,25%. Kenaikan BI rate itu terjadi setelah sebelumnya tertahan di level 6% sejak Oktober 2023.

Senior Economist Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra mengatakan meski suku bunga masih tinggi, namun kinerja kredit akan moncer. Alasan pertama, suku bunga kredit perbankan tidak serta merta naik di tengah kenaikan BI rate.

"BI kan dari siklus sekarang sudah naikan bunga sejak 2022 itu 275 bps. Akan tetapi kalau dilihat transmisi ke bunga kredit perbankan masih rendah," ujar Aldian setelah acara Media Roundtable Bersama Standard Chartered Indonesia pada Kamis (16/5/2024).

Kedua, di tengah kenaikan BI rate, likuiditas masih memadai. "Ini strategi BI yang berusaha melakukan bauran kebijakan. Jadi meskipun bunga dinaikan, likudiitas tetap besar," tuturnya.

Ketiga, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih bisa tumbuh. "Ekonomi baik juga jadi faktor pendorong. Hal ini karena ketika ekonomi baik, ekspansi dan kredit besar," katanya.

Adapun, sejumlah sektor yang diproyeksikan menjadi pendorong kredit perbankan di antaranya manufaktur, perdagangan, hingga komoditas. 

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan kenaikan suku bunga acuan memang akan memberikan dampak terhadap biaya dana (cost of fund/CoF) perbankan. Namun, menurutnya kenaikan biaya dana relatif tidak memengaruhi kinerja kredit perbankan. 

"Realisasi Kredit terus meningkat walau ada kecenderungan bank memperketat penyaluran kredit," ujar Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada Senin (13/5/2024).

Penyaluran kredit per Maret 2024 pun masih bisa tumbuh 12,4% secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya atau Februari 2024 di level 11,28%.

Adapun, ketika bank melakukan upaya pengetatan penyaluran kredit seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan, langkah tersebut menjadi hal yang positif. "Ini agar bank lebih prudent, menggambarkan kehati-hatian," tuturnya.

Selain itu, mengacu rencana bisnis bank (RBB), industri perbankan tetap menunjukan optimismenya dalam penyaluran kredit. "Target pertumbuhan kredit 9%-11%. Tidak lebih tinggi daripada tahun lalu, tapi optimistis dobel digit," kata Dian.

Di tengah kenaikan suku bunga acuan, Dian juga memproyeksikan perbankan tidak akan serta merta meningkatkan bunga kreditnya. Sebab, menurut Dian likuiditas perbankan masih memadai. Kemudian, bank pun mesti memperhatikan kemampuan bayar debitur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper