Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2024 mengalami defisit senilai US$6 miliar di tengah kondisi perlambatan ekonomi global.
Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios) Bhima Yudhistira mencatat, dengan realisasi NPI ini maka kewaspadaan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini harus kembali ditingkatkan karena berdampak pada melemahkan rupiah.
“Efek dari pelebaran defisit neraca pembayaran mengakibatkan nilai tukar rupiah bisa kembali mengalami pelemahan. Semakin lebar defisit maka kebutuhan valas makin besar,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (20/5/2024).
Sebelumnya, pada pertengahan April lalu, rupiah sempat mencapai titik terlemah dengan tembuh lebih dari Rp16.200 per dolar AS.
Lebih lanjut, atas kinejra NPI ini dapat menjadi acuan Bank Indonesia untuk mengurungkan niatnya memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate.
“Tentu imbas lain ada di kemampuan bayar utang perusahaan swasta sehingga akibatkan kenaikan tingkat bunga surat utang swasta,” lanjutnya.
Baca Juga
Adapun, rupiah pada penutupan pasar sore ini tercatat melemah dengan turun ke level Rp15.978 per dolar AS. Di mana rupiah harus turun 0,14% atau 23 poin ke posisi Rp15.978 per dolar AS. Adapun indeks dolar terpantau naik 0,03% ke level 104,360.
Secara terperinci, BI membukukan transaksi berjalan defisit US$2,2 miliar (0,6% dari PDB) akibat penurunan kinerja ekspor nonmigas yang terpukul pelambatan ekonomi global.
Sementara transaksi modal dan finansial defisit US$2,3 miliar yang terdorong keluarnya modal asing pada pasar surat utang domestik. Alhasil neraca pembayaran Indonesia pada kuartal I/2024 defisit US$6 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan BI akan terus mencermati dinamika perekonomian global yang mempengaruhi kinerja NPI.
Pihaknya juga akan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.
“NPI 2024 diprakirakan terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB,” ujarnya dalam keterangan resmi.