Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BTN Beberkan Siasat Jaga Laba pada Kuartal II/2024 saat Tren Bunga Acuan Tinggi

BTN mengungkapkan siasat agar kinerja laba bank tetap tumbuh pada kuartal I/2024 atau di tengah tantangan tingginya suku bunga.
Logo baru Bank Tabungan Negara (BBTN)./Bisnis - Arlina Laras
Logo baru Bank Tabungan Negara (BBTN)./Bisnis - Arlina Laras

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menyiapkan siasat agar kinerja laba bank tetap tumbuh pada kuartal I/2024 atau di tengah tantangan tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

BTN telah melaporkan laba bersih Rp860 miliar pada kuartal I/2024, naik 7,4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp801 miliar pada kuartal I/2023.

Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan BTN menargetkan pertumbuhan laba hingga akhir tahun 2024 sebesar 8%-10%. Namun, memasuki kuartal II/2024 atau per April 2024, laba BTN hanya tumbuh 5,2% yoy menjadi Rp984 miliar.

"Tantangannya saat ini adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan likuiditas dengan profitabilitas," kata Ramon kepada Bisnis pada Rabu (5/6/2024).

Menurutnya, terjadi tren peningkatan biaya dana (cost of fund/CoF) saat bunga acuan masih tinggi. Hal tersebut membuat bank harus menjaga keseimbangan dana masuk atau cash-in atau dana pihak ketiga (DPK) serta dana keluar atau cash-out atau kredit, serta biaya untuk keduanya. 

Di sisi dana masuk, BTN mengembangkan penghimpunan dana-dana retail yang berbiaya rendah. Dari sisi kredit, perseroan meningkatkan pertumbuhan di kredit-kredit bermargin tinggi atau high-yield loan.

"Dengan begitu, pendapatan yang meningkat dari kredit dapat mengkompensasi kenaikan dari biaya dana. Keseimbangan dari keduanya akan membantu mempertahankan profitabilitas kami, sehingga pertumbuhan laba dapat tetap kami jaga," ujar Ramon.

Sebelumnya, Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi gambaran adanya tantangan terkait ketidakpastian kondisi makroekonomi global dilihat dari Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM) pada kuartal II/2024 yang masih berada pada level pesimis yaitu sebesar 31.

Hal ini disebabkan oleh perkiraan peningkatan suku bunga acuan BI atau BI rate, pelemahan nilai tukar, dan peningkatan inflasi. 

BI memang telah memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI Rate 25 basis poin (bps) dari level 6% ke level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama kali sejak Oktober 2023. 

Adapun, dalam RDG terbaru periode 21-22 Mei 2024, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 6,25%. 

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan tren perlambatan kinerja laba bank memang telah terjadi pada kuartal I/2024.

"Tren [perlambatan pertumbuhan laba] ini sepertinya masih berlanjut pada kuartal II/2024, bila melihat kondisi ekonomi global dan geopolitik yang membuat tren suku bunga kembali meningkat," tuturnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper