Bisnis.com, JAKARTA — Simpanan nasabah di bank atau dana pihak ketiga (DPK) yang berasal dari nasabah korporasi tumbuh pesat pada Mei 2024. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan sejumlah faktor pendorong pertumbuhan tersebut.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), penghimpunan DPK pada Mei 2024 tercatat sebesar Rp8.427,8 triliun, tumbuh 8,5% secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya atau April 2024 8,1% yoy.
Perkembangan DPK dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK korporasi 20,2% yoy, lebih kencang dibandingkan April 2024 yang tumbuh 15,3%.
Kepala Eksekutif LPS Lana Soelistianingsih mengatakan faktor pendorong pesatnya simpanan nasabah korporasi adalah karena pada momen tersebut perusahaan-perusahaan sudah banyak mendapatkan hasil produksinya. "Revenue dia dapatkan banyak efek dari momen lebaran," katanya setelah rapat kerja LPS dengan Komisi XI DPR RI pada Selasa (25/6/2024).
Pendapatan yang diraup pun kemudian ditempatkan di DPK perbankan. Menurutnya, tidak ada tren atau kecenderungan korporasi berhenti ekspansi dari melesetnya simpanan nasabah korporasi tersebut.
Baca Juga
"Rasanya itu hanya siklus. Kalau saya perhatikan, siklus itu biasanya memang kalau menjelang lebaran itu tinggi, setelah itu agak siklus perlambatan, nanti ada tinggi lagi menjelang akhir tahun," kata Lana.
Sementara itu, seiring dengan melesatnya simpanan nasabah korporasi, nasabah perorangan yang ditopang oleh tabungan malah mengalami tren melambat. DPK perorangan tumbuh 1,9% yoy per Mei 2024, melambat dibandingkan April 2024 yang tumbuh 2,2%.
Lana mengatakan di tengah momen perlambatan simpanan nasabah perorangan, tidak ada tren makan tabungan. "Kami belum melihat ya [tren makan tabungan], karena keseluruhan trennya kan masih naik ya. Kalau ekonomi tumbuh, mestinya tabungan tumbuh. Ya kan ekonomi kita 5%. Kalau tabungan enggak tumbuh, malah ada something wrong ini," katanya.
Meski begitu, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan dengan menumpuknya simpanan korporasi menjadi tanda bahwa perusahaan sedang menahan ekspansi.
“Lalu, dampak dari kondisi tersebut, maka beban bunga yang dibayar bank dapat menjadi beban terutama dengan perlambatan kredit korporasi,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (24/6/2024)
Sebelumnya, dia menyebutkan tren kinerja kredit masih akan mengalami perlambatan hingga akhir tahun penyebabnya adalah kondisi geopolitik, suku bunga tinggi dan kondisi ekonomi serta daya beli yang belum sepenuhnya membaik.
“Isu lain bagi perbankan adalah terkait likuiditas yang perlu dijaga agar tetap baik,” ujarnya kepada Bisnis yang dikutip pekan lalu.
Senada, Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Indef Abdul Manap Pulungan juga menilai kredit di segmen korporasi memang belum tumbuh maksimal, lantaran masih tingginya giro korporasi di perbankan.
“Giro ini menjadi dana titipan korporasi ketika mereka ingin melakukan bisnis. [Giro] ini masih tinggi di atas total pertumbuhan DPK, artinya belum ada ekspansi yang cukup signifikan di korporasi,” ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Tercatat, per Mei 2024, pertumbuhan giro korporasi mencapai 18,9% dari bulan sebelumnya 15,8%, sementara total DPK hanya tumbuh 8,5% per Mei 2024. “Jadi, masih banyak dana menumpuk korporasi di perbankan,” tuturnya.