Bisnis.com, JAKARTA -- Regulator terus mendorong persaingan sehat di perbankan syariah Tanah Air. Menciptakan pemain baru yang sepadan juga terus digaungkan demi menyaingi dominasi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah, total aset industri bank syariah di Indonesia mencapai Rp856,67 triliun per April 2024, tumbuh 8,65% secara tahunan dan berkontribusi pada pangsa pasar sebesar 7,21%. Pangsa pasar ini menyusut dari bulan sebelumnya yang mencapai 7,33%.
Adapun, dalam perkembangannya, merger BTN Syariah dengan Bank Muamalat sempat digadang-gadang akan menjadi pemain baru yang siap tanding dengan BSI.
Misal, jika benar BTN mengakuisisi Bank Muamalat, maka berdasarkan asumsi aset per Maret 2024, tentu ini dapat memperbesar aset dan menyentuh Rp119,76 triliun dan menjadi bank syariah kedua terbesar.
Dalam perkembangan terbaru, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang merupakan Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank Muamalat, melaporkan bahwa due dilligence atau uji tuntas yang dilakukan BTN dalam proses pemisahan unit usaha syariah (UUS) masih terus berjalan.
Sekretaris Badan BPKH RI Ahmad Zaky menyampaikan bahwa segala putusan atas hasil due diligence berada di tangan BTN. Dia pun menyebut semua kebutuhan data, termasuk data pengkreditan telah diberikan kepada BTN. Zaky juga menuturkan, sejauh pengamatan BPKH, BTN masih melakukan review atas hasil due diligence.
“Bolanya kan ada di BTN sekarang. Sampai saat ini prosesnya sesungguhnya masih terus berlangsung, kami enggak punya [hasil due diligence], tentu yang punya [hasil due diligence] pasti yang berminat [BTN],” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (27/6/2024).
Memang, dalam rencana aksi korporasi tersebut, BTN sempat mengakui adanya hambatan. Proses uji tuntas alias due diligence pun molor dari waktu yang ditargetkan untuk rampung pada April 2024.
Di sisi lain, muncul kabar terbaru bahwa BTN melakukan proses due diligence dengan PT Bank Victoria Syariah dengan total aset per kuartal I/2024 mencapai Rp3,17 triliun. Jika digabungkan, maka total aset yang ditampung mencapai Rp58,01 triliun.
Terkait dengan kabar itu, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan pihaknya belum memperoleh keputusan apapun. “Kita belum berani jawab karena belum ada keputusan apa-apa,” katanya pada awak media di Jakarta, Jumat (21/6/2024).
Sementara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan belum mendapatkan laporan terbaru terkait perkembangan akuisisi ini.
Muhammadiyah Bikin Bank
Belum surut perbincangan terkait keputusan BTN akan berlabuh di Bank Muamalat atau bahkan Bank Victoria Syariah, kini muncul kabar bahwa salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia bakal membuat bank syariah besar.
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan sebenarnya wacana tersebut telah berkembang di kalangan anggota dan pimpinan Muhammadiyah. Keinginan adanya bank syariah yang dikelola Muhammadiyah pun telah ada sudah sejak lama.
"Itu bukanlah merupakan ide dan gagasan baru, tapi ide itu sudah lama," kata Anwar kepada Bisnis pada Rabu (3/7/2024).
Wacana ini mencuat usai Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengalihkan dana simpanan dan pembiayaan dari BSI ke beberapa bank syariah lainnya, seperti PT Bank KB Bukopin Syariah, PT Bank Mega Syariah, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk., dan lainnya.
Karyawati menghitung uang rupiah di kantor cabang Bank KB Bukopin Syariah di Jakarta, Selasa (21/12/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Sebagai informasi, Muhammadiyah pernah memiliki bank umum pada 2002, yakni Bank Persyarikatan Indonesia (BPI). Namun, dalam perkembangannya, kondisi bank memburuk hingga diambil alih oleh Bank Bukopin. BPI pun berganti nama sebagai KB Bukopin Syariah hingga akhirnya saat ini dikenal sebagai KB Bank Syariah.
Saat ini, menurut Anwar, Muhammadiyah terus berkontribusi mengembangkan industri perbankan syariah di Indonesia.
"Untuk itu Muhammadiyah sudah membangun beberapa BPR [bank perekonomian rakyat] dan sekarang sudah dikonversi menjadi BPR Syariah," katanya.
Adapun, dalam mengembangkan kembali bank umum seperti yang pernah dilakukan terhadap BPI pada 2002, saat ini belum bisa dilakukan Muhammadiyah. "Akan tetapi, pemikiran ke arah sana [memiliki bank umum] sudah ada sejak lama," tutur Anwar.
Pemilik KB Bukopin Syariah saat ini, yakni PT KB Bukopin Tbk. (BBKP) atau KB Bank, buka suara. VP Corporate Relations KB Bank Adi Pribadi merespons kabar ketertarikan Muhammadiyah untuk masuk kembali ke KB Bank Syariah. KB Bank selaku pemilik bank syariah itu mengaku belum mendapat informasi resmi terkait akusisi.
"Namun, kami di KB Bank pada dasarnya senantiasa membuka diri untuk peluang-peluang kolaborasi dan sinergi bisnis yang ada," kata Adi kepada Bisnis pada Rabu (3/7/2024).
Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Irfan Syauqi Beik menilai soal prospek bank syariah di tengah musim konsolidasi, menurutnya masih sangatlah bagus.
Beberapa di antaranya menunjukkan tren yang positif, misal dari segi industri pangan dan kuliner halal, pariwisata ramah muslim, fesyen muslim dan umroh.
Ke depan, dia optimistis terhadap kinerja industri bank, mengingat kondisi makro diperkirakan tetap berada pada kisaran 5%. “Tinggal bank syariah perlu mewaspadai industri yang bahan bakunya impor,” ucapnya.
Melemahnya rupiah juga perlu diantisipasi dengan baik. Namun secara umum, Irfan menyebut pertumbuhan aset, pembiayaan hingga laba bisa tetap dobel digit atau di atas 10%.