Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank besar Tanah Air memberikan sedikit bocoran mengenai kinerja pada kuartal II/2024 yang bakal dilaksanakan pada rentang akhir Juli-Agustus 2024. Salah satu di antaranya bahkan membagikan proyeksi kinerja hingga akhir tahun ini.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai kinerja bank di kuartal II/2024 akan lebih baik dari kuartal I/2024 terutama untuk bank-bank besar yang masih mencatat pertumbuhan yang positif. Serupa, untuk kinerja bank kecil turut akan membaik dibanding kuartal sebelumnya.
“Kredit korporasi akan menjadi penopang pertumbuhan laba, di samping efisiensi operasional dan untuk kredit konsumsi mulai sedikit membaik dibanding kuartal sebelumnya,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (9/7/2024).
Di sisi lain, suku bunga cenderung mulai melandai. Dia pun berharap tidak akan ada tekanan baru dari aspek geopolitik yang dapat berdampak pada inflasi dan pergerakan suku bunga.
Adapun, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto mengatakan pihaknya masih optimistis terkait kondisi Indonesia yang akan positif dan memprediksi ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih akan dipengaruhi oleh posisi nilai tukar rupiah yang semakin stabil dan potensi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR).
“Di tengah situasi yang penuh tantangan, pertumbuhan kredit perbankan akan sesuai target pertumbuhan BI sebesar 10%-12%,” ujarnya.
Dirinya mengatakan kebijakan BI yang diambil saat ini berfungsi untuk mendukung stabilitas, dan Mirae Asset memperkirakan hal ini akan bertahan lebih lama dengan pengaruh dari volatilitas Rupiah yang makin terjaga.
Target OJK
Adapun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai dari sisi kinerja intermediasi, pada Mei 2024, kredit mengalami peningkatan sebesar Rp65 triliun, atau tumbuh sebesar 0,90% mtm.
Nasabah melakukan transaksi perbankan di Galeri ATM, di Bandung, Jawa Barat, Senin (9/4/2018)./JIBI-Rachman
Secara tahunan, kredit melanjutkan catatan double digit growth sebesar 12,15% yoy menjadi Rp7.376 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, secara nominal yang terbesar adalah Kredit Modal Kerja yang mencapai sebesar Rp3.332,46 triliun atau 45,18% dari total kredit.
Kemudian, dari segi pertumbuhan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 14,80% yoy.
Ditinjau pertumbuhan kredit per KBMI, bank KBMI IV menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 14,72% yoy.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Edina Rae mengatakan penyaluran kredit yang signifikan ini melanjutkan pertumbuhan kredit sejak periode sebelumnya. "Searah dengan target pertumbuhan 2024 ini," katanya dalam RDK Bulanan, Senin (8/7/2024).
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan positif. Pada Mei 2024, DPK tercatat tumbuh sebesar 0,53% mtm atau meningkat sebesar 8,63% yoy, dari April 2024 sebesar 8,21% yoy menjadi Rp8.699 triliun.
Giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 15,53% yoy, sedangkan deposito dan tabungan masing-masing meningkat sebesar 6,20% dan 5,20% yoy.
Sebagaimana diketahui, OJK memang sempat menargetkan kredit perbankan tumbuh 9%-11% pada 2024.
"Kredit ditargetkan mencapai 9%-11%, didukung oleh DPK tumbuh 6%-8%," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) pada Selasa (20/2/2024).
Kondisi di BCA, BNI, dan BTN
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya yang menjadi pemain bank swasta pertama yang membagikan bocoran terbaru, di mana kinerja kredit bank only tumbuh 15,4% pada kuartal II/2024 seiring dengan ekonomi yang membaik.
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan secara umum kondisi bank di Tanah Air relatif bagus dan stabil, tecermin dari indikator pertumbuhan sampai kuartal I/2024 yang berada pada level 12%. Bahkan, pemulihan ekonomi usai Covid-19 terbilang cepat dibanding yang diekspektasikan.
“Kredit di kisaran 15% lebih, kalau bank alone 15,4%. Biasanya [kredit] konsolidasi lebih tinggi,” ujarnya pekan lalu, (3/7/2024).
Saat itu dalam paparannya, Vera juga mengungkapkan adanya anomali atau hal yang tidak biasa terjadi pada permintaan kredit pada kuartal I/2024, di mana kredit tumbuh 17,1% didukung kredit korporasi.
“Sebenarnya pipeline sudah ada di kuartal IV/2024, kebetulan tahun ini tahun Pemilu bulan Februari, jadi begitu ada wait and see sedikit, begitu pemilu sudah selesai dan ada quick count, sebelum selesai kuartal I/2024, pipeline itu sudah terealisasi,” katanya.
Vera juga menyebut dengan peningkatan BI Rate ke level 6,25% sejak April 2024, tidak membuat perbankan serta merta menaikkan suku bunga kredit. Pasalnya, bank juga menjaga momentum pertumbuhan agar kredit bisa tumbuh dan kualitas kredit membaik.
Usai Covid-19, kata Vera, risiko kredit alias loan at risk (LAR) pun cenderung menurun, ini mengindikasikan ekonomi yang kian membaik dan pertumbuhan kredit berlanjut.
“[Itu membuat] bank juga lebih mudah menyalurkan kredit, itu yang kami jaga. Jadi, saat ini suku bunga kredit terjaga tidak ada perubahan. Meski [suku bunga kredit] ada yang naik turun itu relatif, tergantung kualitas debitur,” tuturnya.
Kemudian, dari kelompok bank Himbara, yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menyampaikan kuartal II/2024 akan berada di kisaran 9%-10%. Proyeksi target kredit hingga akhir tahun pun berada di kisaran low dobel digit, yakni 10%.
“Kurang lebih [kuartal II/2024] sama. Sekarang [Maret 2024] 9% kurang lebih 10%. Jadi, kita range-nya 9%-10% enggak akan berubah,” ujarnya di DPR, Senin (8/7/2024).
Tercatat, BNI memang telah menyalurkan kredit sepanjang kuartal I/2024 sebesar Rp695,16 triliun, tumbuh 9,6% yoy.
Sementara, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) melaporkan akan merevisi target kreditnya sebagai respons suku bunga yang tinggi.
Namun, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu tak menyampaikan lebih lanjut soal kisi-kisi terkait kinerja penyaluran pinjaman pada kuartal II/2024.
Untuk diketahui, BTN memang membukukan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 14,8% menjadi Rp344,2 triliun pada kuartal I/2024. Sayangnya, laju simpanan nasabah di bank atau dana pihak ketiga (DPK) BTN dinilai tidak bisa mengimbangi kredit, di mana hanya tumbuh 11,9%.
Alhasil, saat ini Dirut menyampaikan bahwa BTN memilih tidak menetapkan target penyaluran kredit yang setara atau lebih tinggi dari pencapaian kuartal I/2024. Di mana, pihaknya menurunkan pertumbuhan target kredit ke level 10-11% hingga akhir tahun.
“[Ini] karena likuiditas yang cukup mahal. [BTN] mulai menurunkan ekspansi kredit, karena biaya dana [cost of fund] bunganya masih sangat mahal. dan kita belum tahu kapan [suku bunga acuan] turun, kehati-hatian di situasi ini penting sekali,” ujar Nixon, Senin (8/7/2024).