Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) gencar mendorong pengembangan pangsa pasar bank syariah tahun ini melalui berbagai cara. Pasalnya, pangsa pasar bank syariah di Indonesia masih tergolong kecil bahkan mengalami penyusutan.
Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah, total aset industri bank syariah di Indonesia mencapai Rp856,67 triliun per April 2024, tumbuh 8,65% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan berkontribusi pada pangsa pasar sebesar 7,21%. Angka ini stagnan pada periode yang sama tahun lalu yakni, April 2023.
Bila dilihat secara bulanan, pangsa pasar bank syariah menyusut dari bulan sebelumnya yang sempat mencapai 7,33%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Edina Rae menyampaikan bahwa pangsa pasar perbankan syariah saat ini belum mencapai tingkat yang optimal. Akan tetapi, total aset perbankan syariah terus mengalami pertumbuhan setiap tahun.
Bila dilihat berdasarkan data OJK, total aset perbankan pada 2022 mencapai Rp782,1 triliun, naik 15,57% yoy dibanding 2021 yang hanya Rp676,74 triliun. Pertumbuhan aset tertinggi terjadi pada Maret 2024 yang tembus Rp870,22 triliun, setelah April hanya tumbuh Rp856,67 triliun.
Baca Juga
“Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan market share perbankan syariah, bank syariah dituntut lebih proaktif dan progresif dalam memanfaatkan berbagai peluang untuk mengakselerasi pertumbuhan yang lebih tinggi,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (14/7/2024).
Adapun, kata Dian, OJK berkomitmen mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia.
OJK juga telah menerbitkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah Indonesia 2023-2027 (RP3SI) dengan visi mengembangkan perbankan syariah yang sehat, efisien, berintegritas, dan berdaya saing, serta berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional untuk mencapai kemaslahatan masyarakat.
OJK mendorong industri perbankan syariah untuk menjalankan konsolidasi baik berupaya merger dan akuisisi pada tahun ini guna memperbesar pangsa pasar bank syariah. Dorongan ini juga digaungkan demi menciptakan pemain baru untuk menyaingi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
Peluang-peluang konsolidasi pun bisa terjadi baik melalui merger seperti yang dijalankan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. (BRIS) atau BSI, akuisisi, ataupun penggabungan unit usaha syariah (UUS) yang melepaskan diri dari induknya alias spin off.
Spin Off UUS CIMB Niaga dan UUS BTN
Apabila mengikuti ketentuan spin off UUS dari OJK, maka PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) lah yang sudah diharuskan menjalankan spin off UUS menjadi BUS.
UUS CIMB Niaga yakni CIMB Niaga Syariah telah membukukan aset mencapai Rp64,59 triliun pada kuartal I/2024. Lalu, UUS BTN atau BTN Syariah membukukan aset Rp54,8 triliun pada kuartal I/2024.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara mengatakan dalam proses persiapan spin off, CIMB Niaga Syariah bakal menjalankannya secara organik dan belum ada rencana aksi korporasi berupa akuisisi
Dengan makin terangnya keputusan perseroan dalam memenuhi aturan regulator, CIMB Niaga Syariah pun terus mempersiapkan infrastuktur dengan sebaik-baiknya, sehingga bank bisa tetap efisien, bahkan menjadi lebih kuat lagi usai spin off.
“Yang paling penting layanan terhadap nasabah akan sama baiknya, baik sebelum dan sesudah spin off,” ujarnya kepada Bisnis.
Dia juga menilai prospek bisnis syariah akan tetap menjanjikan seperti tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, tingkat inklusivitas masyarakat terhadap perbankan syariah masih rendah sehingga peluang membidik masyarakat menjadi nasabah syariah juga masih besar.
Tak hanya itu, kata Pandji, produk syariah dinilai cukup memiliki added value terhadap masyarakat dibandingkan dengan produk konvensional.
“Target masih tetap sama [pembiayaan, aset, laba CIMB Niaga Syariah] tumbuh dobel digit,” imbuhnya.
Di tengah pembatalan aksi korporasi atau akuisisi oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BTN (BBTN) kepada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk., Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengatakan BTN telah mempersiapkan langkah spin off BTN Syariah, termasuk modal bagi bank umum syariah hasil spin off itu nantinya.
"Kami siapkan spin off UUS Rp1,5 triliun-Rp6 triliun untuk total capital," kata Nixon dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI pada Senin (8/7/2024).
Modal tersebut disiapkan BTN agar bank hasil spin off tersebut masuk ke dalam kategori minimal kelompok bank dengan modal inti (KBMI) II.
"Sekarang sih di kami sudah ada Rp4 triliun ya, tapi kan karena masih UUS, bukan dicatat sebagai modal, hanya seakan-akan kami taruh duit di UUS, seakan-akan. Jadi mungkin nambahnya enggak banyak, paling Rp1 triliun," tutur Nixon.
Berdasarkan timeline, penyediaan modal bagi bank hasil spin off bank syariah BTN dilakukan pada semester I/2025.