Bisnis.com, JAKARTA— Platform financial technology (fintech) peer to peer (P2P) lending PT Mitrausaha Indonesia Grup atau Modalku masih berjibaku mencapai profitabilitas atau laba pada tahun ini.
Meski demikian, Perusahaan fintech tersebut optimistis akan meraih pertumbuhan yang positif hingga akhir tahun ini.
Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memperkuat fondasi dan strategi bisnis, tidak hanya dengan mengembangkan alternatif produk yang dibutuhkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Namun, juga dengan mengelola alokasi pengeluaran perusahaan secara bijaksana demi efisiensi maksimal,” kata Arthur kepada Bisnis pada Rabu (17/8/2024).
Selain itu, Arthur mengatakan perusahaan juga akan menitikberatkan kesehatan keuangan perusahaan serta investasi dalam teknologi dan pengembangan sumber daya manusia. Di sisi lain, perusahaan juga akan terus meningkatkan pendapatan hingga akhir 2024.
“Pendapatan perusahaan selama semester pertama tahun 2024 terbilang cukup stabil, dan kami berupaya untuk meningkatkannya di semester kedua,” imbuhnya.
Baca Juga
Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp61 Triliun kepada lebih dari 5,1 juta transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Kinerja Fintech Lending
Sementara itu, OJK mencatat industri fintech P2P lending mulai mencatatkan peningkatan laba per Mei 2024, setelah sebelumnya mencatatkan kerugian pada awal tahun.
Diketahui pada Januari—Februari 2024, penyelenggara fintech P2P lending mencatatkan kerugian sebanyak Rp135,6 miliar dan Rp97,55 miliar. Setelah sebelumnya terus mencatatkan laba hingga Desember 2023 yakni Rp478 miliar.
Adapun, fintech P2P lending berhasil mengembalikan laba sebanyak Rp277,02 miliar per Mei 2024. Angka tersebut juga meningkat dari laba pada April 2024 yang mencapai Rp173,73 miliar.
OJK mencatat kenaikan laba tersebut sejalan dengan penyaluran pendanaan bulanan yang meningkat. Hingga Mei 2024, OJK mencatat penyaluran pembiayaan fintech P2P lending mencapai Rp64,56 triliun, yang mana meningkat 25,44% secara tahunan (year-on-year/yoy).