Rasio margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) juga meningkat ke level 3,64% dari 3,56%. Artinya, kemampuan NOBU mencetak laba sejalan dengan kemampuan bank dalam memperbaiki rasio BOPO dan NIM yang ada.
Kemudian dari segi intermediasi, Bank Nobu telah menyalurkan kredit Rp17,43 triliun, naik 36,88% yoy dari Rp12,74 triliun. Alhasil, aset bank ikut terkerek sebesar Rp30,71 triliun pada semester I/2024, tumbuh 32,14% yoy dibanding sebelumnya Rp23,24 triliun.
Seiring dengan penyaluran kredit, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross berada di level stagan yani 0,51% dan NPL net berada di level 0,4%.
Lalu dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) NOBU naik 45,5% yoy menjadi Rp20,99 triliun pada semester I/2024 dari sebelumnya Rp14,43 triliun pada semester I/2023. Current account saving account (CASA) alias dana murah naik 34,44% yoy menjadi Rp8,17 triliun pada semester I/2024 dari sebelumnya Rp6,08 triliun.
Permodalan MNC Bank mengalami penurunan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) menjadi 29,5% turun 144 basis poin (bps) dari level 30,94%. Serupa, CAR Nobu juga mengalami penurunan 25,66% dari sebelumnya 27,47%.
Adapun, capaian ini berada di atas tingkat permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan secara industri yang sebesar 26,18% per Juni 2024.
Baca Juga
Berdasarkan RTI Business, harga saham NOBU naik 1,63% ke level Rp625 pada penutupan perdagangan Kamis, (8/8/2024). Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) harga saham NOBU pun turun 15,54%.
Sedangkan, harga saham BABP pun mencatatkan penurunan 1,85% ke level Rp53. Sementara itu, sepanjang tahun berjalan (YTD) harga saham BABP pun turun 11,67%.
Sebelumnya, Direktur MNC Bank Rita Montagna sempat menyatakan kesiapannya untuk mengikuti arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait rencana merger dengan NOBU. "Kita ikutlah dari OJK seperti apa kita ikut," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) bulan lalu, (19/7/2024).
Menurutnya, untuk informasi terbaru dan perkembangan terkait merger, OJK adalah pihak yang lebih tepat untuk memberikan keterangan terbaru.
“Dan setahu saya Pak Dian [Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK] juga sudah rutin memberikan update terkait hal itu. Jadi, kita ikut dari regulator,” kata Rita.
Sementara itu, saat dihubungi terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan rencana merger masih dalam proses. Meskipun rencana merger ini sudah molor hampir setahun dari target awal, kedua bank terus berkoordinasi dengan OJK.
Lebih lanjut, dia menyebut bahwa kedua bank milik konglomerat itu dapat melanjutkan proses konsolidasi tanpa menunggu otoritas. Dian pun berkelakar kalau menunggu OJK, justru pihaknya memaksa untuk merampungkan proses tersebut.
"Kalau nunggu kita [OJK], malah nanti kita paksa [merger]," ujarnya usai acara Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024, Senin (29/7/2024).
Dian menambahkan penetapan target aksi korporasi merupakan hak masing-masing bank. Dia juga menyebut bahwa proses merger sendiri tidak mudah karena menyatukan dua bank konglomerat dengan karakteristik bisnis dan budaya perusahaan yang berbeda.
Selain itu, katanya, terdapat kemungkinan terjadinya pertukaran direksi sebagai konsekuensi cross ownership, di mana tiap bank akan memiliki perwakilan direktur di bank lainnya. Usai cross ownership, pihak Bank MNC akan menjadi bagian dari dewan direksi Bank Nobu, dan sebaliknya.