Bisnis.com, JAKARTA – Layanan paylater yang disediakan oleh perbankan menunjukkan lonjakan pertumbuhan yang signifikan. Secara tahunan, pertumbuhan layanan ini bahkan mulai mengejar layanan paylater yang lebih dulu dihadirkan oleh perusahaan pembiayaan non-bank.
Sebagai informasi, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memimpin peluncuran produk fitur paylater perbankan pada akhir 2023.
Kini bank-bank besar lain seperti CIMB Niaga, BTN, dan BSI mulai memasuki pasar sebagai pesaing baru dalam bisnis paylater.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), outstanding pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan Pembiayaan per Juli 2024 mencatat pertumbuhan sebesar 73,55% yoy atau menjadi Rp7,81 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman mengatakan angka ini lebih rendah dari paylater pada perbankan.
Baca Juga
“Kan setiap industri punya keunggulan, punya sesuatu yang bisa menjadi lebih kompetitif dari yang lain. Paylater kita ini yang di multifinance kan basisnya perusahaan pembiayaan,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Senin (9/9/2024).
Apabila dibandingkan, outstanding alias baki debet kredit BNPL yang ditawarkan bank mengalami kenaikan sebesar 36,66% secara tahunan (yoy) menjadi Rp18,01 triliun.
Meski demikian, porsi produk paylater perbankan masih mini, yaitu hanya sebesar 0,24% dari total kredit perbankan.
Selain itu, OJK juga mencatat total jumlah rekening paylater perbankan telah mencapai 17,90 juta, naik dari 17,48 juta pada Juni 2024.
Sementara itu, jika dilihat dari sisi kredit bermasalah, keduanya baik produk BNPL perusahaan pembiayaan maupun perbankan pun makin terkelola.
Tercatat, NPF gross BNPL perusahaan pembiayaan per Juli 2024 sebesar 2,82%, turun dari Juni 2024 sebesar 3,07% dengan jumlah kontrak pembiayaan bermasalah sebanyak 1,5 juta kontrak atau sebesar 1,80% dari jumlah kontrak pembiayaan BNPL.
Pada periode yang sama, tingkat risiko kredit untuk produk BNPL perbankan juga terus mengalami perbaikan, tecermin dari adanya penurunan ke level 2,24% per Juli 2024, dari 2,5% pada Juni 2024.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan melihat pertumbuhan bisnis paylater di bank yang sangat pesat, memang tak mengherankan jika secara basis konsumen, pengguna bank sudah sangat besar, lebih besar dibandingkan dengan nasabah multifinance dan pinjol.
Kata dia, sebagian nasabah bank pun juga sudah adaptif dengan teknologi. Maka ketika bank mengeluarkan paylater, dia menilai rasanya tidak akan sulit bagi bank untuk melakukan penetrasi pasar paylater.
“Pun bank juga punya basis data pengukuran kredit lebih bagus dan luas. Jadi, saya rasa bank punya keunggulan di situ,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (5/9/2024).
Dia menuturkan bahwa sebagian besar nasabah paylater bank memang berasal dari perbankan itu sendiri. Sebaliknya, pangsa pasar unbanked dan underbanked yang belum tersentuh layanan perbankan yang dapat dimanfaatkan oleh paylater multifinance ataupun pinjol.
Ke depannya, persaingan dalam bisnis paylater kemungkinan besar akan terjadi di dalam ekosistem perbankan itu sendiri.
“Misalkan tenant yang menerima paylater dan juga layanan digital yang terintegrasi dengan layanan aplikasi terkait. Itu bisa menentukan siapa yang akan jadi champion,” ujarnya.
Paylater BCA dan Mandiri
Sementara itu, BCA yang melaporkan raihan paylater BCA kian moncer, baik dari sisi pertumbuhan pengguna hingga total outstanding pada semester I/2024.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn melaporkan per Juni 2024, pengguna layanan Paylater BCA hampir mencapai 119.000 nasabah. Jumlah ini tumbuh 125% dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
“[Sementara] secara outstanding telah mencapai Rp250 miliar per Juni 2024, tumbuh 111% dibandingkan posisi tahun sebelumnya,” ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Sebagai informasi, Paylater BCA memiliki limit kredit hingga Rp20 juta dengan suku bunga cicilan kompetitif dari 0% per bulan untuk 1 dan 3 bulan; serta 1,25% per bulan untuk 6 dan 12 bulan berlaku hingga September 2024.
“Nasabah dapat memanfaatkan fitur ini sebagai alternatif untuk melakukan pembayaran dengan menggunakan QRIS minimal Rp100.000,” kata Hera.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengungkapkan per semester I/2024 fitur Livin’ Paylater telah digunakan lebih dari 100.000 user dengan volume transaksi per bulannya mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan transaksi pada awal 2024.
Di samping itu, kata Sigit, ke depannya Bank Mandiri akan terus berfokus untuk menjaga kualitas NPL untuk Livin’ Paylater.
“Yakni dengan melakukan mitigasi resiko melalui profiling nasabah maupun juga penerapan auto debit pada tagihan untuk Livin Paylater,” ujarnya.
Perlu diketahui, bahwa Livin’ Paylater merupakan fasilitas pinjaman yang diberikan oleh Bank Mandiri untuk pembayaran transaksi QR di seluruh merchant, transaksi di Livin’ Sukha dan transaksi melalui Virtual Account dengan konsep beli sekarang dan bayar nanti dalam 1, 3, 6, 9 atau 12 bulan. Fitur ini dapat digunakan untuk transaksi mulai dari Rp10.000 sampai dengan maksimum Rp10 juta.
Adapun bunga pinjaman mulai dari 0% untuk tenor 1 & 3 bulan dan mulai dari 1.5% flat per bulan untuk tenor di atas 3 bulan.