Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan bunga leasing kemungkinan saja terjadi apabila kondisi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate terus menunjukan penurunan.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 17–18 September 2024, BI memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebanyak 25 basis poin ke level 6%. Namun demikian, penurunan bunga leasing atau multifinance tidak akan terasa pada tahun ini, kemungkinan bisa terlihat pada tahun depan.
Ekonom dan Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan dampak penurunan BI Rate terhadap bunga leasing dampaknya akan cukup lama.
"Efek dari penurunan suku bunga acuan ke suku bunga pembiayaan tidak akan langsung satu atau tiga bulan, melainkan bisa hingga enam bulan, bahkan ada yang menyebutkan hingga 12 bulan," kata Huda saat dihubungi Bisnis, pada Jumat (20/9/2024).
Huda mengatakan industri perbankan dan leasing di Indonesia memiliki sifat inelastis terhadap suku bunga acuan ketika turun. Dia menambahkan bunga pembiayaan di Indonesia cenderung landai penurunannya apabila suku bunga acuan turun.
"Terlebih bagi bank besar yang memang susah menurunkan bunga pembiayaan apabila sudah meningkat," katanya.
Baca Juga
Hal tersebut juga terkait dengan penyesuaian bunga deposito berjalan yang memang tidak serta merta akan turun. Huda menambahkan akan ada tahapan-tahapan dalam mengukur efek penurunan suku bunga acuan.
Melihat ke belakang, Huda mengatakan pada 2019, suku bunga acuan dipangkas, tetapi efek ke bunga pembiayaan cukup tipis, bahkan cenderung stagnan.
"Jadi, walaupun suku bunga BI dan the Fed turun namun efeknya memang cukup panjang bagi perbankan kita untuk menurunkan bunga pembiayaan," katanya.
Senada Praktisi dan Pengamat Industri Pembiayaan dan Otomotif Jodjana Jody mengatakan bahwa ketika suku bunga acuan turun, tidak serta merta kredit perbankan ke industri pembiayaan langsung menyesuaikan. Apalagi, lanjut dia, selama ini perbankan pun cenderung tidak menaikan biaya kredit ke perusahaan pembiayaan secara langsung begitu suku bunga acuan naik.
"Jadi, menurut saya bunga tidak akan diadjust langsung karena bank juga belum pass on semua kenaikan suku bunga BI di masa tinggi-tingginya, berhubung ekonomi yang belum begitu baik," katanya.
Namun demikian, Jodjana melihat apabila The Fed secara berkelanjutan terus melakukan pemangkasan suku bunga, bahkan sampai 100 basis poin pada 2025, masyarakat baru akan merasakan tindakan BI yang pasti akan mengikuti dengan lebih agresif dan baru berdampak ke rate kredit pada 2025.
"Jadi menurut pandangan saya, tahun ini sih tidak akan ada adjustment bunga kredit, yang penting malah kemauan credit company untuk lebih agresif menyalurkan kredit," katanya.