Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) alias Bank Jatim menyambut baik pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate menjadi 6% pada pertengahan September lalu.
Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman menyebut bahwa keputusan tersebut telah dinanti para pelaku usaha, sehingga terdapat relaksasi situasi perekonomian. Namun, dia menggarisbawahi bahwa penurunan BI Rate tak serta-merta berdampak dalam waktu dekat.
"Di mana kecenderungan pada tahun ini behavior permintaan kredit dan kompetisi pengelolaan dana lebih pada pricing war, ditambah sampai dengan bulan Agustus likuiditas antarbank relatif masih mengetat," katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (26/9/2024).
Kendati demikian, Busrul menjelaskan bahwa BJTM masih mampu mengelola loan-to-deposit ratio (LDR) pada angka ideal 73,41%. Pihaknya juga berupaya menjaga fungsi intermediasi dengan menyeimbangkan kredit berkualitas dengan pengelolaan dana pihak ketiga (DPK) yang murah dan tidak sensitif terhadap suku bunga.
Selain itu, demi peningkatan profit melalui penyaluran kredit, dirinya juga membidik penguatan dana murah atau current account saving account (CASA) dengan mengoptimalkan pasar utama maupun dalam akusisi ekosistem baru. Menurut Busrul, per Agustus 2024, struktur CASA Bank Jatim mencapai 60% dari keseluruhan.
Ketika ditanya mengenai proyeksi kinerja pada era suku bunga rendah, Busrul optimistis bahwa BJTM dapat melanjutkan perkembangan positif baik dari sisi laba, kredit, maupun DPK hingga akhir tahun. Selain dari analisis internal, perkiraan ini juga didasarkan pada sejumlah faktor.
Baca Juga
"Salah satunya adalah adanya perbaikan ekonomi secara nasional, yang terjadi karena telah terlaksananya pemilihan umum serentak. Serta dilantiknya presiden baru pada 2024 dapat mempengaruhi ekonomi nasional melalui berbagai saluran kebijakan, persepsi pasar, dan stabilitas politik," jelas Wakil Ketua Umum II Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) ini.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa ketahanan sistem keuangan Tanah Air terjaga baik dengan likuiditas perbankan yang tetap memadai per Agustus 2024. Hal ini tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi sebesar 25,37%.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan tercatat sebesar 26,56%, sehingga mampu menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan pada Juli 2024 terjaga rendah, sebesar 2,27% (bruto) dan 0,79% (neto).
Menurut Perry, ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan juga ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga, sebagaimana hasil stress test perbankan terkini.
"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan," katanya, Rabu (18/9/2024).