Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fintech Berperan Dobrak 'Single Digit Trap' Ekonomi Syariah Indonesia

Selama 30 tahun terakhir rasio ekonomi syariah tidak pernah mencapai 10%, sehingga segmen tersebut dinilai terjebak dalam single digit trap.
Ilustrasi ekonomi syariah. / dok Freepik
Ilustrasi ekonomi syariah. / dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) menyebut industri finansial teknologi memegang peran penting dalam menggarap potensi ekonomi digital di Indonesia. Namun, ada tantangan berat yang harus dihadapi khususnya industri fintech syariah untuk mampu berkontribusi.

Seperti diketahui, pemerintah mengestimasi pada 2030 nanti ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$210 miliar—360 miliar atau Rp5.800 triliun. Sedangkan pembayaran digital akan mencapai US$760 miliar atau setara Rp12.300 triliun.

"Ini PR paling besar terus terang. Kalau bicara rasio ekonomi syariah kita mungkin sekarang belum tembus 10%. Ada yang namanya single digit trap, kenapa syariah tidak bisa tembus di angka dua digit. Sudah 30 tahun kita berada [tidak bisa tembus dua digit]," kata Ketua Umum AFSI Ronald Yusuf Wijaya saat ditemui usai acara Bulan Fintech Nasional di Kasablanka Mall Jakarta, Senin (11/11/2024).

Kabar baiknya, Ronald melihat saat ini banyak investor asing mulai tertarik berinvestasi di industri fintech syariah dalam negeri. Menurutnya hal itu akan mendorong lebih banyak pemain di industri fintech syariah, kemudian mendorong penetrasi fintech syariah lebih luas lagi.

"Harapannya dengan adanya teknologi ini bisa menerobos single digit trap tadi. Makanya saya pikir dengan adanya teknologi, inklusi dan literasi bisa jauh lebih cepat," kata Ronald.

Ronald mengutip laporan DinarStandard bahwa saat ini industri fintech syariah Indonesia menduduki peringkat ketiga global, di bawah Malaysia dan Arab Saudi. Menurutnya, tantangan utama fintech syariah di Indonesia saat ini adalah faktor literasi dan inklusi syariah yang masih kecil.

Namun demikian, menurutnya fintech syariah punya ruang terbuka lebar untuk terus tumbuh. Dirinya membandingkan dengan industri perbankan syariah yang lebih rigid. Dia berharap hal ini juga mendapat dukungan dari pemerintah berupa regulasi yang baik.

"Kalau fintech syariah itu jauh lebih agile. Harapannya kita tidak terlau dibebani oleh aturan sehingga kita bisa berinovasi terus serta melakukan edukasi dan literasi kepada masyarakat," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper