Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom meyakini Bank Indonesia masih memiliki ruang pemangkasan suku bunga acuan BI Rate dari 6% ke level 5,75% pada hasil Rapat Dewan Gubernur besok, Rabu (18/12/2024).
Keyakinan tersebut tetap menguat meski kondisi rupiah tengah mengalami tren pelemahan. Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp16.085 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (17/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,52% atau 83,5 poin ke level Rp16.085 per dolar AS pada hari ini. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau naik 0,05% ke posisi 106,9.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual melihat mayoritas nilai tukar di negara emerging market mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
“Ada ruang BI Rate dipangkas karena inflasi di bawah ekspektasi dan suku bunga antarbank juga sedikit turun,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (17/12/2024).
David berpandangan ruang penurunan suku bunga yang masih terbuka tersebut sejalan dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate (FFR).
Sementara dari dalam negeri, tren inflasi yang semakin melandai mendukung Bank Indonesia untuk kembali menurunkan BI Rate.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), indeks harga konsumen (IHK) mengalami disinflasi sejak April 2024 ke posisi 3% year on year (YoY) dari 3,05% Maret 2024. Pada November, IHK masih mencatatkan inflasi namun melandai ke posisi 1,55%.
Lain kesempatan, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede pada awalnya melihat BI Rate dapat turun jika sinyal FFR dipangkas pada FOMC December 2024 semakin kuat dan Rupiah tidak tembus Rp16.000 per dolar AS.
Meskipun demikian, sejalan dengan perkembangannya menuju RDG Desember 2024 yang berlangsung mulai hari ini, ruang pemotongan menyempit karena pelemahan rupiah akibat menguatnya Dolar Index setelah bank sentral dunia selain The Fed cenderung lebih dovish dalam kebijakan moneternya.
“Namun, kami masih melihat timing untuk BI Rate diturunkan di RDG Desember masih bisa dilakukan, walau menjadi terbatas dari sebelumnya, jika melihat perkembangan inflasi dalam negeri yang rendah,” tuturnya.
Di sisi lain, surplus neraca dagang yang meningkat karena anjloknya impor menunjukkan ekonomi domestik cenderung melemah.
Ruang pemangkasan pun masih terbuka dengan sudah masuknya kembali dana asing ke pasar SBN pada awal Desember 2024, meski terbilang masih kecil.
Pada pekan kedua Desember, Bank Indonesia mencatat adanya modal asing yang masuk ke pasar keuangan Tanah Air senilai Rp7,33 triliun. Realisasi ini mengakhiri tren modal asing keluar sejak sebulan terakhir.