Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) menjabarkan strategi anggotanya untuk meningkatkan aset pada 2025 seiring target dari Otoritas Jasa Keuangan.
Ketua Umum Asosiasi DPLK Tondy Suradiredja mengatakan pertumbuhan DPLK pada 2024 sempat melambat. Berdasarkan data OJK, aset pensiun dari DPLK per Desember 2024 sebesar Rp146,10 triliun, tumbuh 8,5% year on year (yoy).
"Untuk industri DPLK sendiri tahun lalu kita masih tumbuh 8,5%, melambat memang dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh di atas 11%, tetapi tidak jauh dari yang ditargetkan oleh OJK pada tahun ini," kata Tondy kepada Bisnis, Kamis (13/2/2025).
Adapun OJK 2025 ini menargetkan pertumbuhan aset dana pensiun sebesar 9-11%. Dana pensiun tersebut termasuk aset dana pensiun wajib yang dikelola Asabri, Taspen dan BPJS Ketenagakerjaan.
"Menurut saya, strategi pertumbuhan industri DPLK tetap harus dijaga melalui intensif program terkait peningkatan literasi keuangan mengenai DPLK, tentang pentingnya dana pensiun melalui penerapan teknologi digital, selain juga tetap memberikan standar pelayanan yang lebih baik," ungkapnya.
DPLK disebut bisa semakin cepat menarik peserta dana pensiun bila menyediakan akses penjualan produk dana pensiun digital. Namun menurutnya ini opsi yang sulit mengingat keterbatasan dana di DPLK.
Baca Juga
"Digital kan mahal, ini cuma masalah cost benefit saja. Apakah worth untuk investasi digital begitu besar, sedangkan bisnis DPLK kan fee based. Kecil pendapatannya, terutama DPLK-DPLK di bawah Rp1 triliun," pungkasnya.
Sebelumnya, Asesor Kompetensi LSP Dana Pensiun Syarif Yunus menjelaskan salah satu kendala di DPLK adalah faktor digitalisasi. Syarif menilai DPLK yang memiliki posisi strategis dalam menyerap jumlah peserta dana pensiun lebih besar, masih kurang mampu mengadaptasi teknologi. Misalnya, saat ini DPLK yang menyediakan kanal digital untuk pembelian produk dana pensiun masih segelintir pemain.
"Misal yang saya tahu itu BRImo, sudah bisa beli DPLK BRI. BNI saja belum bisa dengan Wondr-nya, itu yang kategorinya super apps loh. Kalau super apps kan menurut saya punya captive. Captive-nya adalah member banknya dia. Nah, apalagi yang lain-lain. Setingkat DPLK Manulife yang multinasional besar pun, itu nggak bisa beli online," ujarnya.
Secara kinerja, peningkatan aset DPLK per akhir 2024 justru dibarengi dengan penurunan jumlah peserta yang menjadi 2,86 juta, turun 1,2% year on year (yoy). Meski demikian jumlah peserta DPLK ini menyumbang peserta paling banyak di dana pensiun sukarela. Sementara itu, total investasi DPLK per Desember 2024 tercatat sebesar Rp143,55 triliun, atau tumbuh 8,3% yoy.