Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perolehan Premi Asuransi Kendaraan Turun, Jasindo Siapkan Strategi

Pelemahan penjualan kendaraan turut berimbas pada kinerja asuransi kendaraan bermotor Jasindo per Januari 2025.
Karyawati melayani nasabah di kantor PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) di Jakarta, Senin (22/8/2022). / Bisnis-Suselo Jati
Karyawati melayani nasabah di kantor PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) di Jakarta, Senin (22/8/2022). / Bisnis-Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) mencatatkan penurunan realisasi premi asuransi kendaraan bermotor pada Januari 2025 menjadi Rp6,6 miliar.

Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo Diwe Novara mengatakan bahwa penurunan ini tidak terlepas dari melemahnya penjualan mobil baru secara nasional. 

"Penurunan ini dikarenakan secara nasional terdapat penurunan penjualan mobil baru dan itu berdampak pada penjualan perusahaan pembiayaan, yang mana merupakan salah satu sumber premi asuransi kendaraan di perusahaan kami," kata Diwe kepada Bisnis, Selasa (18/2/2025).

Tren penurunan tersebut sebenarnya sudah terlihat sejak tahun sebelumnya. Pada 2024, produksi premi asuransi kendaraan Jasindo turun 1,7% dibandingkan dengan 2023.

Selain karena lesunya penjualan kendaraan baru, perubahan kebijakan internal beberapa perusahaan rekanan juga turut memengaruhi penurunan pangsa pasar Jasindo di segmen ini.

Meskipun demikian, Diwe mengatakan Jasindo tetap optimistis dengan proyeksi premi asuransi kendaraan bermotor pada 2025, yang ditargetkan mencapai Rp270 miliar. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan menerapkan strategi seleksi risiko yang lebih ketat serta fokus pada perusahaan pembiayaan yang tidak memiliki captive dengan perusahaan asuransi tertentu.

Selain itu, Jasindo juga akan menyasar pembiayaan mobil bekas sebagai alternatif di tengah lesunya penjualan mobil baru. Pembiayaan mobil bekas umumnya menggunakan asuransi kendaraan Total Loss Only (TLO), yang dinilai memiliki profil risiko yang cukup baik.

"Pembiayaan mobil bekas biasanya menggunakan asuransi kendaraan TLO, di mana loss profile-nya masih cukup baik. Diharapkan dapat menjadi alternatif di saat penjualan mobil baru sedang lesu, sambil menunggu periode Hari Raya Idulfitri dan insentif berupa diskon PPnBM [Pajak Penjualan atas Barang Mewah] yang akan meningkatkan penjualan kendaraan bermotor," kata Diwe.

Jasindo juga berharap pemerintah dapat memberikan stimulus untuk mendukung penjualan mobil, baik mobil konvensional, hybrid, maupun kendaraan listrik. Insentif ini diharapkan dapat memicu daya beli masyarakat, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap peningkatan premi asuransi kendaraan bermotor.

Selain itu, Jasindo juga tengah mengembangkan strategi penjualan melalui ekosistem BUMN dengan konsep Business-to-Business-to-Consumer (B2B2C) dan Government-to-Government (G2G). Perusahaan juga akan memperluas jalur distribusi dengan menggandeng perusahaan pembiayaan, broker, kanal digital perbankan, serta penjualan langsung (direct sales).

Dengan berbagai strategi tersebut, Jasindo optimistis dapat menghadapi tantangan industri otomotif dan mencapai target premi pada 2025. Namun, dukungan pemerintah dalam menjaga stabilitas industri otomotif melalui insentif pajak juga dinilai penting untuk mendorong pemulihan sektor ini.

"Kami berharap agar pemerintah dapat memberikan angin segar pada dunia otomotif nasional dengan adanya insentif pajak untuk mobil hybrid serta upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas industri otomotif. Diharapkan sektor ini dapat kembali bergairah dan memberikan kontribusi optimal bagi dunia asuransi, khususnya asuransi kendaraan bermotor," pungkas Diwe.

Penurunan kinerja premi kendaraan bermotor Jasindo pada Januari 2025 sejalan dengan penurunan penjualan mobil baru pada periode yang sama.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) penjualan mobil nasional mencatatkan penurunan pada Januari 2025. Total penjualan mobil secara wholesale tercatat sebesar 61.843 unit atau turun 11,3% secara tahunan (year on year/YoY) pada Januari 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 69.758 unit.

Sementara itu, penjualan ritel juga turun 18,6% (YoY) menjadi 63.858 unit pada Januari 2025, dibandingkan 78.437 unit pada periode yang sama 2024. Dilihat secara bulanan, penjualan mobil secara wholesales juga mengalami penurunan 22,5% menjadi 61.843 unit pada Januari 2025, dibandingkan penjualan Desember 2024 sebanyak 79.806 unit.

Tidak hanya itu, penjualan mobil ritel juga merosot 22,2% menjadi 63.858 unit pada Januari, dibandingkan Desember 2024 sebesar 82.094 unit. Gaikindo menetapkan proyeksi penjualan mobil sepanjang 2025 setidaknya sebanyak 900.000 unit atau naik sedikit dibandingkan 2024. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper