Bisnis.com, JAKARTA – Upaya konsolidasi dapat menjadi salah satu pemicu kinerja perbankan di Indonesia agar tumbuh secara berkelanjutan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut mendorong agar bank melakukan konsolidasi demi memenuhi permodalan yang kini dikategorikan dalam Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI).
Pengelompokan bank berdasarkan KBMI mengacu kepada Peraturan OJK (POJK) No.12/POJK.03/2021 tentang Konsolidasi Bank Umum. Perinciannya yaitu KBMI 1 untuk bank dengan modal inti kurang dari Rp6 triliun, KBMI 2 untuk bank dengan modal inti Rp6 hingga Rp14 triliun, KBMI 3 untuk bank dengan modal inti Rp14 triliun sampai Rp70 triliun.
OJK berharap agar bank papan atas alias penghuni KBMI 4 dapat bertambah dalam beberapa tahun ke depan. Saat ini, hanya terdapat empat bank yang memiliki modal inti di atas Rp70 triliun sebagai penghuni KBMI 4. Keempat bank itu adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menjelaskan bahwa upaya konsolidasi perbankan tidak hanya dilakukan terhadap bank perekonomian rakyat (BPR) maupun bank pembangunan daerah (BPD), tetapi juga mencakup bank-bank umum.
"KBMI 4 itu kan hanya ada empat bank pada saat ini. Kita harapkan dalam 2—3 tahun ke depan itu sudah akan ada tambahan enam bank yang bergeser dari KBMI 3 menjadi KBMI 4," katanya dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) OJK di Jakarta, Selasa (11/2/2025).
PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN), yang saat ini menempati KBMI 3, buka suara perihal peluang ‘kembali’ ke kasta teratas perbankan Tanah Air. Sebelum sistem KBMI diperkenalkan pada 2021, Bank Danamon berada dalam kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 bersama sejumlah bank lainnya.
Direktur Keuangan Bank Danamon Muljono Tjandra menyatakan bahwa pihaknya bersama MUFG Group akan terbuka apabila terdapat peluang untuk bertumbuh, baik secara organik maupun anorganik melalui aksi korporasi.
“Kalau kita melihat dalam modal atau apabila perlu tambahan modal, tentu saja komitmen dari shareholders pasti akan support,” katanya dalam konferensi pers kinerja keuangan Bank Danamon 2024 secara daring, Selasa (18/2/2025).
Dia melanjutkan, secara konsolidasi, rasio permodalan Bank Danamon berada pada level yang memadai. Berdasarkan laporan keuangannya, Bank Danamon mencatatkan rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) sebesar 26,23% pada 2024.
“Itu masih sangat kuat dan jauh di atas ambang batas minimum yang ditetapkan regulator,” imbuh Muljono.
Sebelumnya, PT Bank Permata Tbk. (BNLI) juga sempat membicarakan peluang untuk naik kelas ke KBMI 4. Direktur Utama Bank Permata Meliza M. Rusli mengakui bahwa BNLI menjadi bank dengan permodalan tertinggi di antara penghuni KBMI 3 saat ini, tetapi dia lebih berfokus untuk melayani nasabah dengan lebih baik.
“Bagi kami, ini bukan tentang masuk KBMI 4 atau KBMI 3, tapi kami ingin melayani nasabah dengan lebih baik dan juga mengambil pandangan jangka panjang, bukan hanya jangka pendek bahwa kami harus menjadi KBMI 4,” katanya dalam wawancara di Bangkok, Thailand pada Kamis (21/11/2024) lalu.
Untuk itu, Meliza mengatakan bahwa pihaknya juga akan memperkuat provisi sebagai tameng dari turbulensi apa pun pada masa mendatang, tetapi pada saat yang sama terus bertumbuh dan mendapatkan profit.
“Tentu saja, profitabilitas ini akan bertambah suatu hari nanti. Suatu hari nanti pada masa depan, Bank Permata akan mencapai [modal inti] Rp70 triliun,” jelasnya.
Sementara itu, Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) turut menanggapi upaya OJK yang mendorong bank menengah agar naik kelas ke KBMI 4. Wakil Ketua Umum Perbanas Taswin Zakaria memandang bahwa regulator bertujuan untuk memperkuat konsolidasi perbankan nasional, meskipun pelaksanaannya akan bergantung pada pemegang saham masing-masing bank.
"Kalau kita berbicara modal, tentunya para pemegang saham memiliki pandangan sendiri terkait modal yang ingin mereka sertakan. Karena modal merupakan komponen termahal dari sumber dana bagi suatu perusahaan," katanya kepada awak media di Griya Perbanas, Jakarta Selatan, Senin (17/2/2025).
Dengan mahalnya komponen ekuitas, dia menilai bahwa penempatan tersebut akan dilakukan secara berhati-hati dan penuh perhitungan oleh pemegang saham perusahaan bank.
Eks Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) ini berpendapat bahwa ukuran bank juga bergantung pada penerapan model bisnis dan pasar yang disasar. Apabila bank dikelola dan bertumbuh dengan baik, maka kebutuhan untuk memenuhi modal minimum itu akan datang dengan sendirinya.
"Tentunya proses alami, yang artinya kita besar itu karena memang model bisnis kita menjadikan kita besar, market yang kita sasar menjadikan kita besar," tutur Taswin.