Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Optimisme Perbankan Meningkat, Pengamat Ingatkan Risiko

Rilis Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan I/2025 mengisyaratkan keyakinan industri perbankan terhadap prospek bisnis yang lebih baik.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA — Rilis Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan I/2025 mengisyaratkan keyakinan industri perbankan terhadap prospek bisnis yang lebih baik pada tahun ini. Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) mencapai angka 66, menandakan bahwa perbankan berada dalam zona optimisme.

Ekspektasi terhadap stabilitas makroekonomi domestik, prediksi penurunan suku bunga acuan, dan momentum konsumsi yang meningkat akibat Ramadhan serta Idul Fitri menjadi faktor utama yang menopang optimisme ini. Selain itu, Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) yang mencapai 74 menunjukkan bahwa bank memperkirakan pertumbuhan kredit tetap tinggi, didorong oleh meningkatnya permintaan dari sektor riil.

Meski mencerminkan kepercayaan perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi, sejumlah pengamat mengingatkan masih adanya tantangan yang perlu diwaspadai.

Arianto Muditomo, pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, menilai bahwa optimisme dalam survei OJK mencerminkan ekspektasi positif industri perbankan terhadap prospek bisnis pada 2025. Namun, ia mengingatkan agar optimisme ini tidak menjadi berlebihan tanpa disertai strategi mitigasi risiko yang tepat.

“Optimisme ini perlu disikapi dengan hati-hati karena masih ada faktor risiko seperti potensi kenaikan NPL [non performing loan], ketatnya likuiditas, dan ketidakpastian global. Jika tidak diimbangi dengan strategi mitigasi risiko yang tepat, optimisme ini bisa menjadi berlebihan dan berpotensi menimbulkan tekanan terhadap stabilitas perbankan di masa depan,” kata Arianto kepada Bisnis pada Selasa (4/3/2025).
Lebih lanjut, Arianto menyoroti pentingnya manajemen risiko kredit yang ketat untuk mengantisipasi kenaikan NPL pasca restrukturisasi kredit pandemi. Menurutnya, diversifikasi sumber pendapatan melalui layanan keuangan digital serta penguatan strategi kolektibilitas kredit menjadi kunci menjaga kualitas aset perbankan.

Selain itu, tantangan utama perbankan pada 2025 termasuk ketatnya likuiditas akibat persaingan dana, potensi kenaikan suku bunga global, dan tekanan terhadap profitabilitas.

“Untuk menghadapi tantangan ini, bank perlu menerapkan strategi pengelolaan likuiditas yang lebih efisien, memperkuat daya saing dalam penghimpunan dana, serta mengoptimalkan transformasi digital guna meningkatkan efisiensi operasional,” tutupnya.
Sementara itu, Paul Sutaryono, pengamat perbankan, menilai bahwa optimisme dalam survei bisa saja berlebihan karena dipengaruhi faktor musiman seperti Ramadhan, Idul Fitri, dan Tunjangan Hari Raya (THR).

“Karena hal ini hasil survei, maka bisa saja terjadi optimisme yang berlebihan,” katanya saat dihubungi Bisnis pada Selasa (4/3/2025).
Paul menekankan pentingnya penerapan manajemen risiko yang baik, terutama dalam penyaluran kredit secara selektif dan tidak hanya berfokus pada target pertumbuhan. Ia juga menyebut bahwa tantangan utama perbankan adalah meningkatkan permodalan untuk menghadapi berbagai risiko, termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, dan risiko likuiditas.

“Jika trust masyarakat terhadap bank terjun bebas, maka bank bisa mengalami potensi risiko reputasi. Hal itu bisa mendorong potensi kerugian dari tinggi hingga amat tinggi,” tambahnya.
Trioksa Siahaan, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), menilai bahwa hasil survei OJK menunjukkan masih adanya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan di Indonesia. Namun, ia menyoroti pentingnya strategi penyelamatan kredit bermasalah serta selektivitas dalam pemberian kredit.

“Bank perlu lebih menggiatkan proses penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah dan lebih selektif dalam pemberian kredit, terutama dapat menyasar debitur yang tergolong low-risk dengan agunan memadai,” tuturnya.
Menurut Trioksa, tantangan utama perbankan pada 2025 masih berkaitan dengan daya beli masyarakat, likuiditas, dan strategi penyelesaian NPL.

“Tantangan utama masih seputar daya beli masyarakat, likuiditas, dan strategi penyelesaian NPL,” tandasnya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper