Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pay Later jadi Andalan Pendanaan Jelang Ramadan dan Lebaran

ID Score mencatat terjadi peningkatan kredit macet sebesar 0,52% pada leasing dan 4,88% pada sektor pinjol setelah H+2 bulan Lebaran pada 2022-2024.
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pefindo Biro Kredit atau IdScore mencatat bahwa permintaan kredit Buy Now Pay Later (BNPL) atau pay later cenderung menunjukkan kenaikan jelang Ramadan dan Idulfitri.

Direktur Utama IdScore, Tan Glant Saputrahadi, mengatakan bahwa pada Februari (H-2 bulan sebelum Lebaran), permintaan kredit pay later menunjukkan kenaikan 0,49% dibandingkan bulan sebelumnya. Data tersebut berdasarkan historical data di IdScore.

“Historical data di IdScore juga menunjukkan bahwa pada Maret [H-1 bulan sebelum Lebaran], permintaan kredit naik signifikan sebesar 5,53% dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Tan kepada Bisnis pada Senin (17/3/2025).

Sementara itu secara kredit nasional, IdScore mencatat bahwa terjadi peningkatan portofolio kredit selama H-1 bulan sebelum Lebaran dengan rata-rata 2,29% dari 2022–2024. Pada momentum Lebaran, peningkatan mencapai 0,47%, dan H+1 bulan setelah Lebaran masih meningkat 1,27% dalam periode yang sama.

Tan melihat bahwa momentum Lebaran berpengaruh terhadap kenaikan portofolio kredit hingga 2,29%. Dia mengatakan bahwa jika hal tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat meningkatkan non-performing loan (NPL) bagi penyedia kredit.

Menurut pengamatan IdScore, lanjut Tan, terjadi peningkatan NPL dari 0,52% pada sektor multifinance hingga 4,88% pada sektor fintech peer-to-peer (P2P) lending pada H+2 bulan setelah Lebaran dalam rentang waktu 2022 hingga 2024.

Oleh sebab itu, Tan mengatakan bahwa penyelenggara layanan keuangan harus memperketat analisis risiko kredit dan memantau pola pembayaran untuk mengantisipasi lonjakan kredit macet saat Lebaran.

“Edukasi keuangan perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih bijak dalam mengelola utang dan pengeluaran,” katanya.

Selain itu, Tan mengatakan bahwa penyelenggara perlu melakukan penyesuaian kebijakan kredit, seperti menerapkan persyaratan yang lebih ketat serta memberikan insentif bagi debitur yang disiplin, guna membantu mengurangi risiko.

“Program restrukturisasi kredit serta strategi penagihan yang persuasif juga perlu diterapkan untuk mencegah gagal bayar. Diversifikasi portofolio kredit juga penting agar tidak terlalu terkonsentrasi pada pinjaman konsumtif dan untuk menjaga stabilitas keuangan,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper