HARI INI masih ada yang gratis? Jawabannya Ya, itu bisa didapat plus wawasan yang bertambah luas terutama soal kiprah perbankan di Indonesia bila Anda memiliki kesempatan berkunjung ke Museum Bank Indonesia di kawasan wisata Kota Tua Jakarta.
Museum Bank Indonesia merupakan salah satu dari lima museum yang berada di Kawasan Kota Tua. Sama seperti bangunan bersejarah lainnya di Kota Tua, gedung museum ini berdiri megah dan kokoh. Keaslian arsitektur bangunan dan desain ruangan tetap dipertahankan karena Pemerintah Kota DKI telah menetapkan bangunan ini sebagai cagar budaya.
Pengunjung akan langsung merasakan perpaduan nuansa modern dan klasik saat berada di bangunan yang berusia hampir dua abad itu. Sentuhan modernitas yang disajikan Bank Indonesia seakan ingin menunjukkan bahwa museum tak melulu berhubungan dengan hal kuno.
Maka, hadirlah beberapa teknologi tinggi seperti proyektor khusus untuk menampilkan berbagai jenis koin dimana saat kita menangkap gambar koin itu, maka secara otomatis akan muncul keterangan mengenai koin tersebut di layar.
Teknologi modern lainnya yang disuguhkan Museum BI adalah alat pemandu informasi bersensor (APIB). Pengunjung dapat mengenakannya selama mengitari ruangan museum dengan membayar sewa sebesar Rp50.000 untuk umum, sementara pelajar/mahasiswa cukup merogoh kocek separuhnya Rp25.000.
Namun, buat Anda yang lebih menyukai penjelasan langsung dari pemandu tak perlu khawatir, karena ada sekitar 9 pemandu yang siap bercerita tentang sejarah museum yang sudah diganjar beberapa penghargaan itu.
Saat Bisnis bersama rekan-rekan wartawan ekonomi Bank Indonesia Wilayah VII Palembang berkunjung ke sana, kami dipandu oleh Agus Santoso. Mungkin perbedaan pemandu mesin dan manusia adalah banyak sisi emosional yang bisa kita dapatkan dari petugas pemandu, terkadang membuat kita berdecak kagum tak jarang pula menimbulkan gelak tawa.
Pengunjung akan menyelami sejarah perbankan dan Bank Indonesia di ruang sejarah dengan fasilitas layar elektronik, panel statis, televisi dan miniatur tiga dimensi (diorama) yang akan menggambarkan perkembangan industri perbankan dari masa ke masa.
Di ruangan sejarah inilah pengunjung akan merasakan serunya melintasi masa lampau. Pasalnya, pengunjung betul-betul dibuat nyaman dengan fasilitas visual maupun nonvisual yang ada. Pengunjung pun tak akan kepanasan karena ruangan ini sudah dilengkapi penyejuk udara.
Perjalanan sejarah BI akan dimulai sejak kongsi dagang Belanda VOC membentuk DeJavashe Bank pyang merupakan cikal bakal berdirinya bank sentral Indonesia pada 1953. Tak hanya itu, pengunjung juga akan mendapat informasi mengenai kebijakan-kebijakan perekonomian yang pernah dikeluarkan BI dari era Soekarno hingga era reformasi.
Layaknya sebuah museum, pengunjung juga dapat melihat koleksi benda sejarah yang bernilai tinggi. Menariknya, museum BI menghadirkan koleksi mata uang sejak zaman kerajaan nusantara.
Agus Santoso mengatakan display numismatik Museum BI itu berisi lebih dari 2.700 koleksi alat tukar dan pembiayaan dari tanah air maupun mancanegara.
Koleksi ini tertata rapi dalam lemari kaca, tersedia pula kaca pembesar dalam setiap etalasenya untuk pengunjung yang ingin melihat lebih detil bentuk uang yang dipamerkan.
Konsep museum modern, nyaman, edukatif, menarik dan fun yang diusung oleh Museum BI rasanya sudah tepat. Wajar saja jika Museum BI dinobatkan menjadi museum terbaik di Jakarta dalam Museum Award 2012 yang diselenggarakan oleh Pemkot DKI dan Komunitas Jelajah Budaya.
Sebelumnya, museum ini juga pernah meraih penghargaan museum terfavorit di Indonesia untuk kategori sejarah/arkeologi dari majalah National Geographic Traveler pada 2011.
Pengunjung bandel
Museum yang diresmikan (soft opening) pada 2006 oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu Burhanuddin Abdullah memang telah banyak menarik minat wisatawan lokal maupun luar negeri.
Jumlah pengunjung bisa mencapai 1.000 orang per hari atau saat akhir pekan meningkat 1.500 - 2.000 orang yang berbondong-bondong ke museum yang berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara No.3 Jakarta Barat (depan Stasiun Beos) itu.
Pemandu Museum BI Agus Santoso mengatakan sayangnya kepedulian pengunjung terhadap fasilitas yang disajikan BI masih lemah. Contohnya, alat sensor proyektor khusus untuk permainan koin di ruang peralihan rusak. Sehingga, tampilan layar interaktif sementara tidak bisa dinikmati oleh pengunjung.
"Alat sensornya rusak karena pengunjung suka menyalakan blitz kameranya untuk berfoto di ruangan ini. Padahal, kami sudah memperingatkan untuk tidak menyalakan blitz. Ternyata banyak yang bandel," keluhnya.
Agus pun berharap pengunjung dapat lebih perduli dan menjaga peralatan atau fasilitas yang ada di museum ini. Agar, museum yang nyaman, edukatif dan fun bisa terus dirasakan pengunjung lain.
Jadi, buat anda yang bingung akhir pekan ini hendak berlibur kemana, tak ada salahnya berwisata ke Kota Tua dan jangan lupa mampir ke Museum BI ya! Ingat semua itu gratis.
Info Waktu kunjungan:
Selasa - Jumat: 08.00 - 15.00
Sabtu - Minggu: 08.00 - 16.00
Senin & hari libur nasional tutup.