BISNIS.COM, BALIKPAPAN--Transaksi real time gross settlement (RTGS) di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan menunjukkan perubahan pola menjadi net outflow setelah sebelumnya selalu tercatat net inflow.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Balikpapan Tutuk S.H. Cahyono mengatakan perubahan pola ini menunjukkan adanya perubahan karakter pelaku usaha yang mungkin disebabkan oleh kondisi perekonomian regional.
Sinyal perubahan ini, katanya, sudah mulai terlihat sejak pertengahan tahun lalu dan mulai benar berubah sejak Desember 2012.
Dia menyebutkan ada kemungkinan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi di dalam wilayah Balikpapan, Penajam Paser Utara dan Paser sehingga menahan arus kas masuk ke tiga daerah ini.
"Akibatnya aliran uang yang keluar daerah lebih besar dibandingkan yang masuk. Padahal selama ini tiga daerah yang masuk dalam wilayah kerja BI Balikpapan sangat membutuhkan dana dari luar untuk kegiatan ekonomi yang tercermin dari net inflow yang besar," ujarnya, Kamis (28/3/2013).
Dia berpendapat perubahan ini tidak mungkin terjadi apabila hanya disebabkan oleh minat pelaku usaha di Balikpapan dan sekitarnya yang berinvestasi di luar daerah. Nilai transaksi yang cukup besar menyebabkan alasan ini tidak bisa berterima.
Saah satu penyebab yang mungkin bisa merepresentasikan perubahan ini yakni adanya perlambatan ekonomi regional sementara beban usaha yang harus ditanggung masih cukup besar.
"Karena harus membayar beban usaha seperti hutang maka net outflow membesar," katanya.
Ketua Kadin Balikpapan Rendi Susiswo Ismail menyebutkan secara riil pelaku usaha memang masih menunggu perbaikan ekonomi global yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi regional.
Barang tambang yang dulunya menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi masih menunggu rebound harga yang bisa menarik minat investor.
"Meskipun sekarang sudah mulai kelihatan perbaikan harga jual batubara tapi kalau melihatnya Februari memang masih wait and see," katanya.
Sebagian besar pelaku usaha di Balikpapan diakuinya banyak bergerak di bidang konstruksi dan pertambangan. Ketika terjadi masalah di dua bidang tersebut tentunya akan berimbas terhadap kondisi ekonomi regional.
Kredit Melambat
Sejalan dengan transaksi RTGS, KPw BI Balikpapan juga mencatat adanya perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit pada Februari 2013 yang hanya mampu bertumbuh sebesar 13,5% (year on year).
Namun, perlambatan ini banyak disebabkan oleh kredit konsumsi sehingga masih bisa dikatakan cukup baik bagi dunia usaha.
Tutuk menyebutkan perlambatan pertumbuhan kredit produktif sebenarnya sudah terlebih dahulu terjadi pada 2011 yang didorong oleh sektor pertambangan.
Laju pertumbuhan kredit yang pada kuartal II/2011 mampu melompat hingga 130% menjadi hanya mampu tumbuh sebesar 43,4% pada kuartal IV/2011.
Tercatat penyaluran kredit hingga Februari 2013 di Balikpapan mencapai Rp17,95 triliun dengan rincian kredit konsumsi sebesar Rp7,12 triliun, kredit modal kerja Rp6,52 triliun dan kredit investasi Rp4,31 triliun.
Penguasaan pangsa pasar kredit masih dikuasai oleh bank swasta yang mencapai 53,3% dibandingkan dengan perbankan pemerintah yang mencapai 46,3%.
Adapun untuk perkembangan kualitas kredit melalui non performing loan (NPL), masih cukup baik yakni sebesar 2,49%. Posisi ini meningkat 0,09% apabila dibandingkan dengan angka pada akhir tahun lalu yang hanya 2,40%. (wde)